Perang Zulu, Dikala Tombak Bisa Menyaingi Senapan
Perang Zulu atau Anglo-Zulu War ialah konflik militer antara Inggris dan Zulu yang berlangsung pada tahun 1879. Zulu sendiri ialah etnis yang tinggal di wilayah Afrika Selatan dan etnis Zulu juga mendirikan sebuah kerajaan berjulukan Kerajaan Zulu yang didirikan tahun 1816 oleh Raja Shaka.
Pada final kurun 19 sebagian wilayah Afrika Selatan merupakan koloni Inggris selain itu juga bangun Republik Transvaal yang dibuat oleh Boer dan Kerajaan Zulu. Inggris berniat untuk menguasai seluruh wilayah Afrika Selatan sebab wilayah tersebut kaya akan berlian dan daerahnya strategis sebab menjadi penghubung antara Samudra Hindia dan Atlantik. Pada tahun 1877 Republik Transvaal tunduk menjadi bawahan Inggris. Setelah menguasai Transvaal. Karena merasa terancam oleh perluasan Inggris raja Zulu ketika itu, Cetshwayo memobilisasi pasukannya hingga berjumlah 40.000 prajurit.
Pada 11 Desember 1878, Sir Bartle Frere yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur Cape Colony mengirim ultimatum ke Raja Cetshwayo yang berisi tuntutan semoga Kerajaan Zulu membubarkan militernya dalam 30 hari. Cetshwayo pun menolak keras isi ultimatum tersebut dan kesannya pada bulan Januari 1879 pasukan Inggris yang dipimpin oleh Lord Chelmsford menginvasi Kerajaan Zulu. Dalam hal persenjataan pasukan Inggris lebih unggul dari Zulu sebab pasukan Inggris dilengkapi oleh senapan dan meriam sedangkan prajurit Zulu hanya bersenjatakan tombak pendek dan tameng yang terbuat dari kulit hewan.
Dalam invasinya Lord Chelmsford membagi pasukannya menjadi tiga kelompok. Tanggal 20 Januari 1879, pasukan tengah Inggris mendirikan kamp di bukit Isandlwana. Tanggal 22 Januari, pasukan kolom tengah Inggris diserang oleh sejumlah prajurit Zulu. Mengira jika serangan tersebut dilakukan oleh pasukan inti Zulu, sebagian pasukan Inggris lalu mengejar pasukan Zulu tadi. Alangkah terkejutnya pasukan tersebut ketika yang mereka temukan lalu ternyata ialah pasukan Zulu berjumlah 20.000 personil yang sedang beristirahat. Jauh lebih banyak dibandingkan pasukan kolom tengah Inggris yang jumlah personilnya tidak hingga 2.000 personil.
Sekitar 10.000 prajurit Zulu menyerang kamp Inggris di Isandlwana yang pertahanannya lemah sebab sebagian pasukan yang harusnya mempertahankan kamp tersebut terbunuh ketika mengejar pasukan inti Zulu tadi. Karena kalah jumlah pasukan Inggris menderita kekalahan dan 1300 tentara Inggris terbantai di Isandlwana selain itu senapan dan amunisi pasukan Inggris dirampas oleh prajurit Zulu.
Sekitar 4000 prajurit Zulu dikirim ke wilayah koloni Inggris di Natal dan mereka bertemu dengan pos militer Rorke's Drift yang dijaga oleh 150 prajurit Inggris yang beberapa diantaranya ialah prajurit yang selamat dari pertempuran di Isandlwana. Pada 23 Januari 1879 pasukan Zulu menyerang pos Rorke's Drift dan pertempuran pun berlangsung selama 12 jam. Berkat pertahanan yang didirikan di wilayah pos dan tembakan dari senapan Inggris, pasukan Inggris berhasil membunuh 500 prajurit dan menciptakan pasukan Zulu mundur dari Rorke's Drift.
Sementara itu di luar Natal, begitu kabar mengenai Pertempuran Isandlwana hingga ke pasukan kolom kiri, Kolonel Evelyn Wood selaku komandan pasukan tersebut memerintahkan pasukannya untuk menghentikan invasi & mendirikan perkemahan sementara di Kraal yang posisinya relatif gampang dipertahankan. Di kolom kanan, kendati mereka tidak hingga dibantai ibarat pasukan kolom tengah, perkemahan yang mereka dirikan di Eshowe & berjarak tidak jauh dari pantai timur Afrika berada dalam kondisi terkepung.
Berita kekalahan pasukan Inggris di Isandlwana hingga ke London dan pemerintah sentra Inggris sadar jika lawannya kali ini bukan lawan yang gampang dikalahkan. Akhirnya pemerintah Inggris mengirim tunjangan ke Afrika Selatan yang hingga disana pada bulan Maret. Titik balik perang ini terjadi pada 29 Maret ketika 2000 pasukan Inggris berhasil mengalahkan 20.000 pasukan Zulu di Kambula. Pasukan Inggris lalu bergerak ke Eshowe untuk mengusir pasukan Zulu yang sudah mengepung tempat tersebut selama 3 bulan. Mereka sempat dicegat oleh pasukan Zulu di Gingindlovu, namun serangan tadi berhasil dipatahkan & pengepungan pasukan Zulu di Eshowe berhasil dihentikan.
Setelah meraih serentetan kemenangan melawan Zulu, pasukan Inggris melancarkan serangan terakhir ke Ulundi pada 4 Juli 1879. Satu persatu prajurit Zulu tumbang usai mendapatkan tembakan dari prajurit Inggris yang dilengkapi senapan mesin Gatling. Raja Cetshwayo sempat melarikan diri namun berhasil ditangkap pada bulan Agustus. Tertangkapnya Cetshwayo menandai berakhirnya Perang Zulu. Pasca perang Inggris tidak membubarkan Kerajaan Zulu namun memecah kerajaan tersebut menjadi 13 wilayah yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Cetshwayo sempat kembali ke Kerajaan Zulu pada 1883 dan memimpin wilayah tersebut namun pemerintahannya tidak berjalan usang sebab banyak pihak yang menentang pemerintahannya kesannya Cetshwayo pun melarikan diri dan wafat setahun kemudian.
Posisi Cetshwayo sebagai raja lalu digantikan oleh putranya, Dinuzulu. Untuk melindungi dirinya dari pihak-pihak yang menentang kekuasaannya, Dinuzulu menjalin komitmen dengan negara Transvaal . Transvaal bersedia memperlihatkan tunjangan militer kepada Dinuzulu. Sebagai gantinya, sebagian wilayah Zulu harus diserahkan kepada Transvaal. Namun dijalankannya komitmen tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari Inggris yang ingin menjaga supaya negara-negara Boer tetap lemah & tidak mempunyai kanal ke laut. Maka, pada tahun 1887 Inggris menaklukkan Zulu & meleburnya dengan tempat koloni Natal.
Pada final kurun 19 sebagian wilayah Afrika Selatan merupakan koloni Inggris selain itu juga bangun Republik Transvaal yang dibuat oleh Boer dan Kerajaan Zulu. Inggris berniat untuk menguasai seluruh wilayah Afrika Selatan sebab wilayah tersebut kaya akan berlian dan daerahnya strategis sebab menjadi penghubung antara Samudra Hindia dan Atlantik. Pada tahun 1877 Republik Transvaal tunduk menjadi bawahan Inggris. Setelah menguasai Transvaal. Karena merasa terancam oleh perluasan Inggris raja Zulu ketika itu, Cetshwayo memobilisasi pasukannya hingga berjumlah 40.000 prajurit.
Pada 11 Desember 1878, Sir Bartle Frere yang ketika itu menjabat sebagai Gubernur Cape Colony mengirim ultimatum ke Raja Cetshwayo yang berisi tuntutan semoga Kerajaan Zulu membubarkan militernya dalam 30 hari. Cetshwayo pun menolak keras isi ultimatum tersebut dan kesannya pada bulan Januari 1879 pasukan Inggris yang dipimpin oleh Lord Chelmsford menginvasi Kerajaan Zulu. Dalam hal persenjataan pasukan Inggris lebih unggul dari Zulu sebab pasukan Inggris dilengkapi oleh senapan dan meriam sedangkan prajurit Zulu hanya bersenjatakan tombak pendek dan tameng yang terbuat dari kulit hewan.
Dalam invasinya Lord Chelmsford membagi pasukannya menjadi tiga kelompok. Tanggal 20 Januari 1879, pasukan tengah Inggris mendirikan kamp di bukit Isandlwana. Tanggal 22 Januari, pasukan kolom tengah Inggris diserang oleh sejumlah prajurit Zulu. Mengira jika serangan tersebut dilakukan oleh pasukan inti Zulu, sebagian pasukan Inggris lalu mengejar pasukan Zulu tadi. Alangkah terkejutnya pasukan tersebut ketika yang mereka temukan lalu ternyata ialah pasukan Zulu berjumlah 20.000 personil yang sedang beristirahat. Jauh lebih banyak dibandingkan pasukan kolom tengah Inggris yang jumlah personilnya tidak hingga 2.000 personil.
Sekitar 10.000 prajurit Zulu menyerang kamp Inggris di Isandlwana yang pertahanannya lemah sebab sebagian pasukan yang harusnya mempertahankan kamp tersebut terbunuh ketika mengejar pasukan inti Zulu tadi. Karena kalah jumlah pasukan Inggris menderita kekalahan dan 1300 tentara Inggris terbantai di Isandlwana selain itu senapan dan amunisi pasukan Inggris dirampas oleh prajurit Zulu.
Sekitar 4000 prajurit Zulu dikirim ke wilayah koloni Inggris di Natal dan mereka bertemu dengan pos militer Rorke's Drift yang dijaga oleh 150 prajurit Inggris yang beberapa diantaranya ialah prajurit yang selamat dari pertempuran di Isandlwana. Pada 23 Januari 1879 pasukan Zulu menyerang pos Rorke's Drift dan pertempuran pun berlangsung selama 12 jam. Berkat pertahanan yang didirikan di wilayah pos dan tembakan dari senapan Inggris, pasukan Inggris berhasil membunuh 500 prajurit dan menciptakan pasukan Zulu mundur dari Rorke's Drift.
Sementara itu di luar Natal, begitu kabar mengenai Pertempuran Isandlwana hingga ke pasukan kolom kiri, Kolonel Evelyn Wood selaku komandan pasukan tersebut memerintahkan pasukannya untuk menghentikan invasi & mendirikan perkemahan sementara di Kraal yang posisinya relatif gampang dipertahankan. Di kolom kanan, kendati mereka tidak hingga dibantai ibarat pasukan kolom tengah, perkemahan yang mereka dirikan di Eshowe & berjarak tidak jauh dari pantai timur Afrika berada dalam kondisi terkepung.
Berita kekalahan pasukan Inggris di Isandlwana hingga ke London dan pemerintah sentra Inggris sadar jika lawannya kali ini bukan lawan yang gampang dikalahkan. Akhirnya pemerintah Inggris mengirim tunjangan ke Afrika Selatan yang hingga disana pada bulan Maret. Titik balik perang ini terjadi pada 29 Maret ketika 2000 pasukan Inggris berhasil mengalahkan 20.000 pasukan Zulu di Kambula. Pasukan Inggris lalu bergerak ke Eshowe untuk mengusir pasukan Zulu yang sudah mengepung tempat tersebut selama 3 bulan. Mereka sempat dicegat oleh pasukan Zulu di Gingindlovu, namun serangan tadi berhasil dipatahkan & pengepungan pasukan Zulu di Eshowe berhasil dihentikan.
Setelah meraih serentetan kemenangan melawan Zulu, pasukan Inggris melancarkan serangan terakhir ke Ulundi pada 4 Juli 1879. Satu persatu prajurit Zulu tumbang usai mendapatkan tembakan dari prajurit Inggris yang dilengkapi senapan mesin Gatling. Raja Cetshwayo sempat melarikan diri namun berhasil ditangkap pada bulan Agustus. Tertangkapnya Cetshwayo menandai berakhirnya Perang Zulu. Pasca perang Inggris tidak membubarkan Kerajaan Zulu namun memecah kerajaan tersebut menjadi 13 wilayah yang dipimpin oleh seorang kepala suku. Cetshwayo sempat kembali ke Kerajaan Zulu pada 1883 dan memimpin wilayah tersebut namun pemerintahannya tidak berjalan usang sebab banyak pihak yang menentang pemerintahannya kesannya Cetshwayo pun melarikan diri dan wafat setahun kemudian.
Posisi Cetshwayo sebagai raja lalu digantikan oleh putranya, Dinuzulu. Untuk melindungi dirinya dari pihak-pihak yang menentang kekuasaannya, Dinuzulu menjalin komitmen dengan negara Transvaal . Transvaal bersedia memperlihatkan tunjangan militer kepada Dinuzulu. Sebagai gantinya, sebagian wilayah Zulu harus diserahkan kepada Transvaal. Namun dijalankannya komitmen tersebut ganti menuai rasa tidak suka dari Inggris yang ingin menjaga supaya negara-negara Boer tetap lemah & tidak mempunyai kanal ke laut. Maka, pada tahun 1887 Inggris menaklukkan Zulu & meleburnya dengan tempat koloni Natal.
Sumber https://www.gu-buk.net
Posting Komentar untuk "Perang Zulu, Dikala Tombak Bisa Menyaingi Senapan"