Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Indonesian Sabre

Pada tahun 1973, pemerintah Indonesia mendapatkan sebanyak delapan belas unit pesawat tempur Commonwealth CA-27 "Avon" Sabre Mk.32 dari Angkatan Udara Australia (RAAF) melalui jadwal berkode "Garuda Bangkit", pesawat-pesawat tersebut ditujukan untuk menggantikan inventori MiG Indonesia yang sudah tidak layak operasional, ke-delapan belas Avon Sabre Mk.32 tersebut dioperasikan oleh Skadron Udara 14 yang berpangkalan di Lanud Iswahjudi, Madiun.

Garuda Bangkit sendiri diawali dengan pengiriman gelombang pertama teknisi Indonesia pada tanggal 30 Mei 1972, disusul dengan gelombang kedua dan selusin pilot yang diberangkatkan menuju Lanud Williamstown, Sydney. Operasi ini dipimpin oleh Pangkohanudnas, Marsekal Muda Tentara Nasional Indonesia Iskandar. Sayangnya dua orang pilot dikembalikan ke Indonesia dan tidak sanggup menuntaskan pendidikan menerbangkan Avon Sabre Mk.32, hal ini diakibatkan kedua pilot sudah tidak terbang dengan pesawat tempur selama tujuh tahun meski sempat menerbangkan pesawat latih Aero Vodochody L-29 "Delfín" di Indonesia untuk mengembalikan feeling pilot tempur. Kelak para pilot yang dilatih untuk menerbangkan Avon Sabre Mk.32 di tanah air berlatih memakai pesawat latih Lockheed T(A)-33A Shooting Star.

Para teknisi TNI-AU kembali ke Indonesia dalam dua gelombang pula memakai pesawat Lockheed C-130E Hercules milik Angkatan Udara Australia pada simpulan Desember 1972 di Lanud Iswahjudi, Madiun, sebagai persiapan kedatangan Avon Sabre Mk.32 dan persiapan gelar skadron tempur. Untuk itu Lanud Iswahjudi dipersiapkan dan dilengkapi dengan sarana pendukung menyerupai dibangunnya akomodasi pengisian materi bakar, renovasi tower beserta perangkat komunikasinya, overlay landasan, dipasangnya barrier barricade, dibangunnya laboratorium minyak dan pembangunan akomodasi perumahan bagi para teknisi Australia termasuk pembangunan mess yang sekarang dikenal sebagai Wisma Cumulus di Sarangan.

Akhirnya ke-sepuluh pilot Indonesia sanggup menerbangkan Avon Sabre Mk.32 dan menuntaskan pendidikan sempurna waktu, dan pada awal tahun 1973 dalam dua batch pesawat-pesawat tersebut dikirimkan secara ferry flight dengan rute Williamstown-Darwin-Denpasar-Iswahyudi. Nah untuk rute Denpasar ke Iswahyudi, terjadi kecelakaan ketika pesawat Avon Sabre Mk.32 dengan arahan pendaftaran A94-352 (C/N CA27-92) yang diawaki oleh Letnan Satu Pnb. Budiarjo jatuh ketika lepas landas dan mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga dikirim kembali ke Australia dan digantikan oleh Avon Sabre Mk.23 dengan arahan pendaftaran A94-370 (C/N CA27-110) yang awalnya ditujukan sebagai instructional airframe untuk kru darat.

Uniknya, ke-delapan belas Avon Sabre Mk.32 yang dikirimkan Australia ke Indonesia tidak dilengkapi dengan wiring maupun komponen pendukung sistem persenjataan, sehingga pada kurun kepemimpinan KSAU Marsekal Saleh Basarah dan lewat Puslitbang TNI-AU, pesawat-pesawat tersebut mulai dipersenjatai kembali. Berbeda dengan North American F-86 Sabre dan Canadair CL-13 "Orenda" Sabre yang dipersenjatai dengan enam buah senapan mesin M3 Browning kaliber 12.7×99mm (pengecualian untuk North American F-86F-2 yang dipersenjatai dengan dua pasang kanon M39 kaliber 20×102mm), Commonwealth CA-27 "Avon" Sabre dipersenjatai dengan sepasang kanon ADEN kaliber 30×113mm yang menjadi sebuah laba bagi pihak Indonesia alasannya yaitu meriam buatan Royal Small Arms Factory ini sparepart dan pelurunya relatif gampang diperoleh sehingga relatif gampang untuk diaktifkan kembali.

Tantangan berikutnya bagi Puslitbang yaitu memasang senjata eksternal berupa roket udara ke darat. Commonwealth CA-27 Avon Sabre Mk.32 dilengkapi wiring dan provision untuk membawa dan meluncurkan sebanyak dua lusin roket Oerlikon/Hispano SURA R80 berkaliber 80mm dibawah sayapnya. Melalui jadwal "Menang" yang dilakukan oleh Perum Dahana di Tasikmalaya, Jawa Barat, Angkatan Udara Indonesia mempunyai roket tersebut dalam jumlah yang mencukupi. Roket yang awalnya diproduksi oleh Hispano-Suiza ini dipasang oleh teknisi Puslitbang dengan langkah awal merekonstruksi ulang peluncur roket dibawah sayap sehingga dudukannya tepat, dan berikutnya mengatur materi bakar roket supaya kecepatan luncurnya sesuai dengan kecepatan sang pesawat pembawa, tentunya semuanya diujicoba. Memang lebih rumit dari mengaktifkan meriam ADEN 30mm, dan menurut pertimbangan lifespan airframe dan aerodynamical properties Puslitbang hanya memasang enambelas unit roket.


Usaha tersebut terbayarkan ketika uji coba penembakan di Desa Pulungan, Ponorogo pada tanggal 10 Januari 1976. Dari Lanud Iswahyudi di Madiun, dikerahkan empat unit Avon Sabre Mk.32 untuk menyerang target berbentuk layar kuning. Dari ketinggian 1.000 kaki, satu-per-satu tiga pesawat menembakkan meriam ADEN 30mm, dan pesawat terakhir meluncurkan rentetan roket kearah sasaran. Uji persenjataan Avon Sabre Mk.32 ini dinilai memuaskan dengan diinspeksi dan disaksikan oleh KSAU dan Panglima Kohanudnas Marsda Suwondo. Walaupun Puslitbang sudah bersusah payah, Avon Sabre Mk.32 tidak pernah terjun di medan perang menyerupai di Timor Leste. Sesuai perjanjian, Australia tidak memperbolehkan pesawat hibah tersebut dipakai dalam konflik bersenjata internal. Alhasil kemampuannya hanya ditunjukkan ketika Latgab ABRI Tutuka II pada tahun 1977.


Oya, untuk menggantikan tiga unit pesawat Avon Sabre Mk.32 yang jatuh selama bertugas di jajaran Angkatan Udara Indonesia (TNI-AU) yakni TS-8606 (C/N CA27-52 prev. A94-952) yang jatuh pada Desember 1976, TS-8610 (C/N CA27-69 prev. A94-969) yang jatuh pada Oktober 1974 dan TS-8613 (C/N CA27-75 prev. A94-975) yang jatuh pada bulan September 1975, pemerintah Indonesia mendatangkan lima unit Avon Sabre Mk.32 bekas pakai Angkatan Udara Malaysia (TUDM) pada tahun 1976, dimana pesawat tersebut juga aslinya merupakan hibah bekas pakai Australia pada Malaysia. Sehingga total jumlah Avon Sabre Mk.32 yang pernah bertugas dalam jajaran TNI-AU yaitu sebanyak 23 pesawat, meski bekerjsama ada 24 namun A94-352 (C/N CA27-92) yang rusak berat di Denpasar ketika ferry flight tidak dianggap alasannya yaitu belum sempat bertugas di jajaran TNI-AU. Nantinya satu pesawat dari Malaysia yakni TS-8620 (C/N CA27-78 prev. FM-1978 and A94-978) jatuh meski tanggalnya tidak diketahui, sehingga ada lima perkara kecelakaan yang tercatat.

Kehadiran Avon Sabre Mk.32 dianggap telah mengangkat nama Angkatan Udara Indonesia ketika tampil dalam pertunjukan udara di Senayan pada tanggal 5 Oktober 1978. Dengan waktu persiapan hanya dua bulan, Skadron Udara 14 berhasil menampilkan sebuah tim aerobatik yang diberi nama "Spirit 78" dengan leader Letkol Pnb. Soeyitno "Dragon" tanpa pelatih dengan menganalisis gerakan-gerakan yang mereka lihat di brosur tim aerobatik Blue Impulse asal Jepang yang kebetulan ketika itu memang memakai pesawat Mitsubishi F-86F Sabre "6-3". Spirit 78 sukses menampilkan manuver wing over, roll-in-box, clover, calypso pass, roll-in-trail, loop dan bomb burst lengkap dengan smoke trail hasil karya Puslitbang dengan mengisi satu tangki pesawat dengan 0M-11 sehingga asap putih sanggup tersajikan.

Commonwealth CA-27 Avon Sabre Mk.32 purna kiprah pada tahun 1980, ia digantikan oleh selusin pesawat pemburu supersonik Northrop F-5E Tiger II dan empat unit Northrop F-5F Tiger II. Pada tanggal 21 April 1980 pesawat Lockheed C-5A Galaxy yang membawa sang Tiger II batch pertama mendarat di Lanud Iswahjudi dan seminggu sehabis tiba di Madiun, pesawat F-5F dengan pendaftaran TL-0514 (BuNo 78-0823, sekarang TS-0514) berhasil dirakit dan mengudara. Armada Avon Sabre Mk.32 telah di-grounded pada ketika itu. Duabelas penerbang Avon Sabre melaksanakan konversi ke F-5E dan F-5F dalam kurun waktu satu tahun.


Selama tujuh tahun dioperasikan, sebanyak 38 penerbang tempur TNI-AU telah menerbangkan Avon Sabre Mk.32, satu diantara para abdi negara tersebut, yakni Mayor Pnb. Budiardjo Soerono gugur ketika menerbangkan Avon Sabre Mk.32, lainnya terselamatkan oleh dingklik lontar. Kini kita sanggup melihat Avon Sabre Mk.32 milik Angkatan Udara Indonesia satu di Museum Dirgantara Mandala, satu di Wingdiktekal Lanud Hussein Sastranegara dan delapan lainnya menjadi monumen di banyak sekali kota di penjuru Nusantara. Sebanyak sepuluh unit dibeli oleh Kermit Weeks dan disimpan di Aero Traders, Ocotillo Wells, Kalifornia semenjak tahun 1989.
-Sudirman
Sumber: OA Historypedia Line


Sumber https://www.gu-buk.net

Posting Komentar untuk "Indonesian Sabre"