Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tumbuhnya Tni Dan Sejarah Tni


Jika kita bicara sejarah TNI, maka kita perlu tarik kebelakang bagaimana Tentara Nasional Indonesia bisa terbentuk hingga hingga kini ini. Kita tentu tahu bahwasannya Tentara ialah unsur penting dalam pembentukan suatu negara. Dalam nasihatnya dalam buku Il Principle Machiavelli menyampaikan “Kelangsungan kekuasaan negara membutuhkan dua unsur yang pertama ialah aturan dan tentara yang baik”.  Negara Indonesia lahir tahun 1945 sempurna pada tanggal 17 Agustus. Dalam hal ini Negara Indonesia lahir belum mempunyai tentara untuk menjaga kedaulatannya. Maka Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) memutuskan bahwa dibuat tiga tubuh sebagai wadah usaha rakyat. Yang pertama ialah KNIP(Komite Nasional Indonesia Pusat) yang kelak nanti menjadi cikal bakal forum legislatif DPR, Kedua ialah PNI merupakan partai tunggal negara pada ketika itu, ketiga ialah BKR(Badan Keamanan Rakyat) yang merupakan cikal bakal TNI. Pada tanggal 23 Agustus Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan BKR, dalam hal ini Soekarno mengajak perjaka bekas PETA, Heiho, atau pun perjaka dari organisasi para militer lainnya, untuk bekerja pada BKR dan sedia menjadi tentara kebangsaan untuk mempertahankan kemerdekaan pada waktu itu. Mengingat bahwasannya sekutu dalam hal ini juga Belanda mulai merapat ke Indonesia.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan tentara kebangsaan yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat. Setelah pembentukan ini Pemerintah memanggil eks Perwira KNIL dan golongan Pribumi yang mempunyai pangkat tertinggi dari semua perwira pribumi eks KNIL pada waktu itu yaitu Mayor Uoerip Soemohardjo. Selain dari KNIL pemerintah mengundang para eks PETA Heiho, atau  yang mengenyam pendidikan militer Jepang untuk sebenarnya membangun organisasi militer resmi profesional. Setelah itu Oerip Soemohardjo membentuk Markas Besar Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat, kemudian Urip dengan MBTTKR melaksanakan pengumuman “diserukan oleh markas tertinggi biar perjaka para bekas prajurit Peta Heiho kaigun Heiho barisan penggerak dan lain-lain memasuki TKR” . Pada tanggal 20 Oktober Pemerintah menggumumkan susunan tertinggi di Kementrian keamanan rakyat dan TKR Oerip mendapat kepercayaan sebagai Kepala Staff Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal. Pimpinan tertinggi atau Jendral Besar dipegang oleh Supriyadi namun Supriyadi sendiri tidak muncul. eks Perwira PETA  tersebut dikabarkan dibunuh oleh tentara Jepang. Tentu dipilihnya Oerip sebagai KSU TKR sebab kemampuan Urip dalam mengorganisasi tentara sanggup dipercaya dan kemampuan teknis dalam hal ketentaraan, berbeda halnya dengan eks Perwira PETA yang tak pernah mendapat pendidikan staf atau pengorganisasian layaknya Perwira didikan KNIL.
Pada tanggal 31 Oktober 1945 Oerip menandatangani pengumuman pembukaan Akmil Jogja ini merupakan sekolah militer pertama yang dikelola pribadi oleh pemerintah Indonesia yang gres merdeka pada ketika itu. Akmil Jogja merupakan bentuk keseriusan negara dalam membentuk tentara profesional yang berstandar internasional. Dalam upaya melaksanakan pendidikan militer Akmil Jogja banyak menemukan hambatan ibarat problem finansial, kurikulum, hingga seragam. Akmil Jogja merupakan penggerak pendidikan perwira pertama di Indonesia sekolah-sekolah militer lainnya kemudian didirikan pasca didirikannya Akmil Jogja tersebut, ibarat sekolah Akmil Tangerang, sekolah Kadet di Jawa Timur dan Sumatera, serta sekolah Opsir di Palembang.
 Adanya kekosongan Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat, yang di mana Seharusnya yang di mana seharusnya Supriyadi memimpin tentara keamanan rakyat, maka atas dasar inisiatifnya Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo mengadakan rapat besar pada tanggal 12 November 1945 yang dihadiri oleh perwira perwira Tentara Keamanan Rakyat pada ketika itu. Perwira-perwira Tentara Keamanan Rakyat merupakan bekas perwira dari eks KNIL dan Perwira PETA yang merupakan tentara buatan Jepang pada ketika itu. Dalam rapat tersebut berlangsung panas dikarenakan para eks perwira PETA menuduh eks KNIL ialah unsur Kolonialisme Belanda dan bisa saja berkhianat kepada rakyat Indonesia. Rapat tersebut berlangsung panas dan ibarat Rapat Para Koboy, para akseptor tiba ke ruangan rapat dengan menyandang pistol di pinggang. Ada juga yang membawa samurai dan klewang  . Dalam rapat ini diadakan pemilihan Pucuk Pimpinan Tertinggi Tentara Keamanan Rakyat. Akhirnya para akseptor oke bahwasannya Panglimaa Tentara Keamanan Rakyat dipegang oleh Soedirman. Soedirman yang tadinya berpangkat Kolonel seketika menjadi seorang Jendral.
Tentara Keamanan Rakyat berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada tanggal 7 Januari 1946 menurut keputusan pemerintah. Lalu selang beberapa hari kemudian sempurna tanggal 26 Januari diganti nama lagi menjadi Tentara Republik Indonesia. Berdasarkan keputusan pemerintah juga pada tanggal 15 Mei 1947 Presiden Republik Indonesia Soekarno mengeluarkan penetapan ihwal penyatuan tentara Republik Indonesia dengan Laskar Laskar usaha menjadi satu organisasi tentara. Tanggal 3 Juni 1947 Soekarno meresmikan penyatuan tentara-tentara dengan unsur-unsur laskar-laskar usaha menjadi satu wadah tentara nasional dengan nama Tentara Nasional Indonesia. Panglima tertinggi tetap dipegang oleh Jendral Sudirman.
 Di tengah situasi Agresi Militer Belanda, kondisi ekonomi yang morat-marit serta Perjanjian Renville yang merugikan bangsa Indonesia menciptakan ruang gerak bangsa Indonesia terbatas, Maka perlu diadakan reformasi pada tubuh TNI. Bung Hatta ditunjuk Presiden Soekarno untuk menjadi Perdana Menteri Sekaligus merangkap sebagai Menteri Pertahanan pada tanggal 29 Januari 1948. Bung Hatta kemudian mengeluarkan kebijakan Rera yang dikenal sebagai restrukturasi dan rasionalisasi TNI. Kebijakan ini ditunjukan untuk menciptakan tentara benar-benar dari golongan profesional saja.  Penataan ini dimaksudkan mencari bentukan final dari Organisasi Tentara di Indonesia.  Dalam hal ini yang dimaksud dengan  rasionalisasi dan restrukturasi merupakan pengurangan jumlah tentara besar-besaran dikarenakan pada waktu itu tentara banyak dari golongan perjaka biasa yang tidak pernah mengenyam pendidikan militer. Namun ada indikasi bahwasannya agenda Rera tersebut ialah upaya penyingkiran orang-orang berhaluan kiri dalam tubuh tentara. Tapi ada pertimbangan alasan ekonomi dalam Rera tersebut, pemerintah tidak bisa membiayai angkatan perang yang besar, dikarenakan situasi ekonomi yang tidak menemukan kepastian. Program Hatta tersebut menciptakan para perjaka yang menjadi tentara kehilangan pekerjaannya. Menjadi tentara pada waktu itu merupakan sebuah kebanggan serta menaikan status sosial seseorang. Kelak orang-orang yang tersingkir sebab kebijakan Hatta menjadi pasukan pembrontak PKI Madiun.


Daftar Pustaka:
-Oerip Seomohardjo: Bapak Tentara Yang Dilupakan. Historia No.32 III 2016
-Mabes TNI(2000). Sejarah Tentara Nasional Indonesia Jilid I(1945-1949). Jakarta: Pusat Sejarah dan            Tradisi TNI.
-Anderson, David..2008.Kudeta Madiun 1948. Yogyakarta: MedPress
-Website Sejarah TNI:http://tni.mil.id/pages-10-sejarah-tni.html

Sumber https://www.gu-buk.net

Posting Komentar untuk "Tumbuhnya Tni Dan Sejarah Tni"