Afghanistan, Negara Perpaduan Budaya
❂ Sejarah singkat bangsa Afghanistan
Wilayah yang ketika ini kita sebut sebagai negara Afghanistan merupakan sebuah wilayah yang begitu kaya peradaban. Apa sebabnya? Wilayah itu rupanya termasuk wilayah yang menghubungkan peradaban Asia Timur dengan Asia Barat dan Eropa. Jalur Sutra melintasi wilayah tersebut. Manusia masa kuno juga kerap kali bermigrasi ke tempat gres melewati wilayah Afghanistan. Para arkeolog menemukan bukti bahwa Afghanistan sudah dihuni oleh insan purba semenjak tahun 50.000 SM. Kota paling renta di Afghanistan yaitu kota Mundigak, dibangun pada masa sekitar tahun 3.000 SM.
Letaknya yang strategis, menghubungkan Asia, Eropa, dan India sekaligus, menarik minat banyak penakluk untuk menguasai. Para penakluk masyhur menyerupai Alexander yang Agung, Dinasti Maurya India, penguasa Muslim dari Persia maupun Mughal India, hingga kekaisaran Mongol pimpinan Genghis Khan tercatat pernah menguasai wilayah ini. Pada akhirnya, budaya Muslim-lah yang bertahan hingga ketika ini dan menjadi peradaban utama secara umum dikuasai penduduk Afghanistan.
Bentuk negara Afghanistan modern mulai terbentuk ketika penguasa dari suku bangsa Pashtun asal Persia berkuasa penuh di wilayah tersebut semenjak kurun 18. Saat kekaisaran Durrani berkuasa ibu kota Afghanistan dipindahkan dari Kandahar ke Kabul, dan bertahan hingga ketika ini. Memasuki kurun 19, Afghanistan dijadikan wilayah peperangan “semu” antara Inggris dan Rusia. Saat Uni Soviet berdiri, Afghanistan yang ketika itu wilayah merdeka dengan mandat dari Inggris, diserang dan hendak dijajah. Amerika Serikat banyak membantu tentara lokal untuk melawan Uni Soviet.
Para tentara terlatih itu berhasil menumbangkan Soviet, dan menjadi salah satu alasannya yaitu keruntuhan Uni Soviet tahun 1990. Sayangnya, kalangan tentara itu memanfaatkan keadaan kacau di Afghanistan, dan membentuk sebuah kelompok garis keras muslim berjulukan Taliban. Akhir dasawarsa 90-an, Taliban berkuasa di Afghanistan, mengubah negara itu menjadi negara agama yang sangat keras pada warganya. Kaum pria wajib taat pada aturan Islam yang dijalankan dengan tidak manusiawi, sementara wanita tidak diakui hak asasinya, bahkan dihentikan keluar rumah.
Atas alasan melawan terorisme, Amerika Serikat melancarkan serangan ke Afghanistan, sekaligus meruntuhkan Taliban tahun 2001. Kekacauan demi kekacauan terjadi semenjak itu. Afghanistan dilanda perang saudara berkepanjangan. Walaupun ketika ini kondisi relatif tenang, perang-perang kecil masih sering terjadi antara tentara Amerika Serikat dengan sisa-sisa prajurit Taliban. Keadaan yang tidak kondusif itu, menciptakan Afghanistan yang sejatinya mempunyai kekayaan budaya luar biasa jatuh miskin, dan menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
Letaknya yang strategis, menghubungkan Asia, Eropa, dan India sekaligus, menarik minat banyak penakluk untuk menguasai. Para penakluk masyhur menyerupai Alexander yang Agung, Dinasti Maurya India, penguasa Muslim dari Persia maupun Mughal India, hingga kekaisaran Mongol pimpinan Genghis Khan tercatat pernah menguasai wilayah ini. Pada akhirnya, budaya Muslim-lah yang bertahan hingga ketika ini dan menjadi peradaban utama secara umum dikuasai penduduk Afghanistan.
Bentuk negara Afghanistan modern mulai terbentuk ketika penguasa dari suku bangsa Pashtun asal Persia berkuasa penuh di wilayah tersebut semenjak kurun 18. Saat kekaisaran Durrani berkuasa ibu kota Afghanistan dipindahkan dari Kandahar ke Kabul, dan bertahan hingga ketika ini. Memasuki kurun 19, Afghanistan dijadikan wilayah peperangan “semu” antara Inggris dan Rusia. Saat Uni Soviet berdiri, Afghanistan yang ketika itu wilayah merdeka dengan mandat dari Inggris, diserang dan hendak dijajah. Amerika Serikat banyak membantu tentara lokal untuk melawan Uni Soviet.
Para tentara terlatih itu berhasil menumbangkan Soviet, dan menjadi salah satu alasannya yaitu keruntuhan Uni Soviet tahun 1990. Sayangnya, kalangan tentara itu memanfaatkan keadaan kacau di Afghanistan, dan membentuk sebuah kelompok garis keras muslim berjulukan Taliban. Akhir dasawarsa 90-an, Taliban berkuasa di Afghanistan, mengubah negara itu menjadi negara agama yang sangat keras pada warganya. Kaum pria wajib taat pada aturan Islam yang dijalankan dengan tidak manusiawi, sementara wanita tidak diakui hak asasinya, bahkan dihentikan keluar rumah.
Atas alasan melawan terorisme, Amerika Serikat melancarkan serangan ke Afghanistan, sekaligus meruntuhkan Taliban tahun 2001. Kekacauan demi kekacauan terjadi semenjak itu. Afghanistan dilanda perang saudara berkepanjangan. Walaupun ketika ini kondisi relatif tenang, perang-perang kecil masih sering terjadi antara tentara Amerika Serikat dengan sisa-sisa prajurit Taliban. Keadaan yang tidak kondusif itu, menciptakan Afghanistan yang sejatinya mempunyai kekayaan budaya luar biasa jatuh miskin, dan menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
❂ Patung Budha Bamiyan
Persinggungan dengan banyak kebudayaan menciptakan Afghanistan mempunyai situs-situs kebudayaan yang luar biasa. Walaupun kita ketika ini lebih mengenal Afghanistan sebagai wilayah yang didominasi peradaban Islam, bekerjsama Afghanistan pernah menjadi tempat penyebaran agama Budha. Bahkan menjadi salah satu sentra agama Budha terbesar pada masa Dinasti Maurya berkuasa.
Di sebuah lokasi yang terletak 230 km arah barat maritim ibu kota Kabul, kita sanggup menemukan jejak- jejak peradaban Budha di lembah Bamiyan. Di lembah tersebut, terdapat patung Budha raksasa yang diukir di sebuah tebing setinggi 55 meter. Terdapat satu patung lagi, dipahat dengan cara serupa, namun tingginya hanya 37 meter. Para andal menyimpulkan bahwa patung-patung itu dibangun pada kurun 5 atau 6 Masehi. Keunikan dari patung Budha Bamiyan yaitu cara pahatannya yang kemungkinan besar pencampuran cara pembuatan patung Yunani dengan tradisi Budha sendiri.
Dari catatan seorang pengelana asal Cina berjulukan Hsuan Tsang, ia menyaksikan wilayah Afghanistan ketika itu sebagai sentra pengajaran agama Budha semenjak kurun
Persinggungan dengan banyak kebudayaan menciptakan Afghanistan mempunyai situs-situs kebudayaan yang luar biasa. Walaupun kita ketika ini lebih mengenal Afghanistan sebagai wilayah yang didominasi peradaban Islam, bekerjsama Afghanistan pernah menjadi tempat penyebaran agama Budha. Bahkan menjadi salah satu sentra agama Budha terbesar pada masa Dinasti Maurya berkuasa.
Di sebuah lokasi yang terletak 230 km arah barat maritim ibu kota Kabul, kita sanggup menemukan jejak- jejak peradaban Budha di lembah Bamiyan. Di lembah tersebut, terdapat patung Budha raksasa yang diukir di sebuah tebing setinggi 55 meter. Terdapat satu patung lagi, dipahat dengan cara serupa, namun tingginya hanya 37 meter. Para andal menyimpulkan bahwa patung-patung itu dibangun pada kurun 5 atau 6 Masehi. Keunikan dari patung Budha Bamiyan yaitu cara pahatannya yang kemungkinan besar pencampuran cara pembuatan patung Yunani dengan tradisi Budha sendiri.
Dari catatan seorang pengelana asal Cina berjulukan Hsuan Tsang, ia menyaksikan wilayah Afghanistan ketika itu sebagai sentra pengajaran agama Budha semenjak kurun
2 Masehi, dan mempunyai ratusan kuil, patung Budha dalam banyak sekali posisi, juga ribuan biksu tinggal dan berguru agama di Bamiyan. Ketika Raja Mahmud dari Dinasti Ghazi menaklukkan Afghanistan kurun 12, patung- patung Budha raksasa di Bamiyan tetap dipertahankan. Walaupun begitu, ratusan patung Budha yang berukuran kecil banyak dirusak oleh tentara Muslim yang memang menolak penyembahan terhadap patung atau berhala.
Patung Budha Hamian
Kepercayaan muslim itu pula yang mendorong perusakan dua patung Budha besar Bamiyan pada tahun 2001. Pemimpin Afghanistan dari golongan Taliban menganggap keberadaan Patung Budha Bamiyan tidak sesuai dengan prinsip agama Islam yang diakui negara. Dua patung itu dihancurkan dengan dinamit maupun tembakan Bazoka. Padahal ketika itu, UNESCO sudah memasukkan situs Bamiyan sebagai warisan dunia yang perlu dilestarikan. Negara-negara yang secara umum dikuasai penduduknya menganut agama Budha murka besar atas perusakan itu. Kini sehabis penguasa Taliban jatuh, Pemerintah Jepang, sebagai negara dengan penganut agama Budha yang cukup besar, bertekad membangun kembali dua Patung Budha raksasa di Bamiyan. ❂ Minaret Jam (Menara Jam)
Menara Jam merupakan sebuah menara kuno di provinsi Ghor, Afghanistan. Walaupun terletak di sebuah lembah yang terpencil dan terletak sempurna di sebelah sungai Hari, menara kerikil itu merupakan warisan budaya tak ternilai yang menandai kejayaan peradaban Islam di negara tersebut.
Pada masa pembangunannya, kemungkinan besar menara Jam dibangun di bersahabat ibu kota Dinasti Ghurid di kurun 12. Di pahatan luar menara, tertulis abjad Arab yang menyebutkan kapan waktu tepatnya menara itu dibangun, namun lantaran faktor usia goresan pena itu tidak sanggup dibaca dengan jelas. Para arkeolog menyimpulkan bahwa menara itu kemungkinan dibangun pada tahun 1193 Masehi.
Menara Jam, dinamai begitu lantaran letaknya di dusun Jam, awalnya tidak banyak diketahui oleh orang- orang. Letaknya yang terpencil menciptakan menara itu sempat terlupakan oleh sejarah peradaban. Arkeolog Inggris berjulukan Sir Thomas Holdich berjasa menemukan kembali menara klasik dengan gaya bangunan khas Islam itu pada tahun 1886. Menara Jam merupakan sekumpulan kompleks menara yang berjumlah 60 buah. Sebagian besar mempunyai susunan kerikil bata yang rumit dan dihiasi kaligrafi indah bergaya Naskhi, sebuah gaya kaligrafi khas Persia.
Saat ini, yang sanggup kita saksikan dari komplek menara Jam hanyalah menara-menara saja. Sebetulnya wilayah itu merupakan bekas kompleks kota yang lebih besar, kemungkinan besar berjulukan Torquoise. Akibat dari pengikisan sungai Hari, menara-menara yang tersisa terancam rubuh, ditambah lagi gempa bumi yang rutin terjadi di tempat tersebut turut membahayakan keberadaan situs bernilai sejarah tinggi itu. Pemerintah Afghanistan dibantu dengan PBB sekarang aktif merawat keberadaan menara-menara Jam.
Menara Jam Afganistan
Sumber https://www.gu-buk.net
Posting Komentar untuk "Afghanistan, Negara Perpaduan Budaya"