Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cia Dan Keterlibatan Amerika Pasca G30s

Pada tahun 2015 Badan Intelijen Amerika Serikat atau biasa disebut CIA membuka dokumen rahasinya  tahun 1965. Didalam dokumen tersebut banyak hal yang terkait Indonesia. Dokumen tempo 1 oktober hingga november 1965 menempatkan Indonesia dalam posisi atas dalam laporan dan pemberitaannya. Laporan tersebut ditunjukan untuk presiden Lyndon B.Johnson. Namun amat disayangkan dokumen CIA tersebut masih ada bab yang disensor, dan belum dapat dibuka ke publik. Berikut ini ialah pola laporan yang CIA perihal Indonesia
Pada 1 Oktober, sehari setelah pembunuhan para jendral, para biro memberikan informasi kepada Presiden Johnson bahwa komunis Indonesia ada kemungkinan menyiapkan bentrok melawan melawan tentara. Disitu ditulis , semua tergantung pada kondisi Soekarno. Jika Sukarno mati atau terluka serius, perang saudara tak dapat dicegah. Keesokan harinya, pada tanggal 2 oktober, CIA memperlihatkan info bahwa konsulat Amerika di Medan melaporkan tentara telah bersiap menggelar operasi pencucian komunis. Pada 4 Oktober, CIA menginformasikan kepada presiden bahwa sejumlah bundar Jendral Angkatan Darat percaya itu saatnya menggulung komunis. Hari berikutnya, disampaikan siaran radio Jakarta yang menyebutkan 300 orang komunis dikumpulkan militer. Setelah informasi itu, alinea berikutnya diputihkan. Pada 6 oktober, CIA menginformasikan selebaran ganyang komunis di Jakarta banyak beredar di Jakarta. Pada 7 Oktober, CIA memasok info kepada Presiden Lyndon B.Johnson bahwa pemakaman Ade Irma Suryani, putri Jendral A.H. Nasuion, berhasil membangkitkan amarah kaum muslim. 12 Oktober, CIA mem-briefing Presiden Johnson bahwa kantor Gerwani diserang. Kolonel Untung ditangkap. 14 Oktober DN Aidit ditangkap. Dan hingga November CIA terus melaporkan keadaan di Indonesia kepada Presiden Johnson.

Secara umum tidak ada informasi, yang secara tegas menunjkan keterlibatan CIA, termasuk memperlihatkan pendanaan, baik gerakan G30S ataupun operasi penumpasan PKI. Namun dokumen ini memperlihatkan citra kepada Presiden Johnson bahwa dari hari ke hari, posisi komunis Indonesia semakin lemah. Pesannya jelas: angin politik berada dipihak tentara

Staf Politk Kedubes Amerika pada ketika itu Robert J Martens seorang pengamat gerakan PKI beserta sayap organisasinya mengumpulkan data-data penting para petinggi PKI pada waktu itu. Martens mengumpulkan data-data itu dari Harian Rakjat. Seminggu pasca peristiwa G30S utusan Adam Malik mengujunginya. Lalu ia menyerahkan list para petinggi PKI kepada utusan Adam Malik tersebut. Ia menyampaikan bahwasannya ia tidak tau untuk apa list tersebut dipergunakan. Walapun pada hasilnya list tersebut memudahkan Tentara Nasional Indonesia untuk menumpas para petinggi PKI yang ada pada waktu itu.

Setelah itu didalam buku Foreign Relations of the United States(FRUS) 1964-1968: Indonesia, Malaysia, Singapore, Philippines, Volume XXVI, mengindikasikan bahwasannya ada kekerabatan antara perwira Tentara Nasional Indonesia AD dan pihak pemerintah Amerika Serikat. Hubungan disini yang dimaksudkan adalah, adanya ajakan dari perwira Tentara Nasional Indonesia AD kepada Pemerintah Amerika Serikat. Disini hal-hal yang diminta ialah pasokan obat-obatan, peralatan komunikasi praktis, dan senjata kaliber kecil. Dalam hal ini Mayjen A. Sukendro memainkan tugas penting sebagai mediator dari pihak Tentara Nasional Indonesia AD.

Dalam hal ini Marshall Green (Duta Besar Amerika) pada ketika itu  mengakui memang ada pemberian alat komunikasi pada kepada Tentara Nasional Indonesia AD.  Ia menyebutkan tiga unit pertama handie-talkie merek Motorlla P-31 milik kedutaan yang tidak pernah terpakai diberikan kepada Nasution untuk kebutuhan pengawal Nasution melindungi keluarganya. “Selanjutnya, pertolongan walkie-talkie atau handie talkie atau peralatan terkait(total bernilai tak lebih dari US$ 40 ribu) diberikan kepada Soeharto untuk merespon permintaannya, tulis green dalam bukunya, Indonesia Crisis and Transformation .

Jika memang benar atas kebenaran dokumen dalam buku Foreign Relations of the United States(FRUS) 1964-1968: Indonesia, Malaysia, Singapore, Philippines, maka Pemerintah Amerika turut serta dalam operasi penumpasan PKI walaupun secara tidak pribadi dengan menyediakan logistik yang dibutuhkan oleh para Tentara Nasional Indonesia pada waktu itu. Keterbukaan informasi dari Badan Intelijen Amerika (CIA) atau pun dokumen terkait dari otoritas Amerika Serikat lainnya,  masih bersifat setengah-setengah, dikarenakan dalam uraian dokumen yang diberikan masih ada sensor. Hal ini hasilnya menjadikan asumsi-asumsi liar yang berkembanga dalam masyarakat.

Sumber:  Tempo Edisi Khusus. JEJAK CIA PADA TRAGEDI 1965

Sumber https://www.gu-buk.net

Posting Komentar untuk "Cia Dan Keterlibatan Amerika Pasca G30s"