Sejarah Saluran Suez, Jalur Penghubung Maritim Mediterania Dan Samudra Hindia
Terusan Suez ialah kanal di Mesir yang menghubungkan Laut Mediterania dan Samudra Hindia via Laut Merah. Terusan sepanjang 193 km ini memudahkan kapal dagang untuk berlayar dari Eropa ke Asia atau sebaliknya tanpa harus memutari Benua Afrika terlebih dahulu yang berjarak 7000 km. Karena Terusan Suez ialah tempat vital bagi perdagangan internasional, kanal ini kerap diwarnai konflik semenjak pembukaannya ditahun 1869.
Ide untuk membangun kanal yang melintasi daratan Mesir sudah ada semenjak era Mesir kuno. Firaun Senusret III membangun kanal sederhana yang menghubungkan Sungai Nil dan Laut Merah 1850 SM. Sumber kuno lain juga menyampaikan kalau Firaun Necho II dan Raja Darius dari Persia juga membangun kanal yang melintasi daratan Mesir di masa ke 6 SM namun terdapat perbedaan pendapat mengenai selesai atau tidaknya pembangunan kanal ini.
Kemudian kaisar Prancis sekaligus panglima perang populer Napoleon Bonaparte menaklukkan Mesir ditahun 1789. Napoleon tertarik untuk membangun kanal yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah namun pembangunan kanal tersebut terhenti alasannya ialah ditemukan perbedaan ketinggian 9 meter antara jalur calon kanal dan permukaan Laut Merah yang dikhawatirkan akan mengakibatkan banjir yang merusak Delta Sungai Nil.
Ternyata pada tahun 1847 analisis lain menyimpulkan bahwa perbedaan ketinggian antara Laut Merah dan daratan Mesir tidak terlalu berbahaya jikalau dibangun terusan. Akhinya pada tahun 1854 Ferdinand de Lesseps, konsul Prancis di Kairo, mengadakan perjanjian dengan penguasa Mesir untuk mengizinkan pembangunan Terusan Suez. De Lesseps juga mendapat hak sebagai pengelola utama Terusan Suez selama 99 tahun terhitung semenjak kanal dibuka. Pembagunan Terusan Suez dimulai pada 25 April 1859 proyek ini melibatkan 1,5 juta pekerja dan berdasarkan asumsi proyek menghabiskan biaya sebesar 200 juta francs namun ternyata biaya yang dikeluarkan dua kali lipat dari perkiraan.
Pembangunan Terusan Suez menjadikan rasa tidak suka dari Inggris yang khawatir posisinya sebagai penguasa pelayaran global tergeser tanggapan adanya Terusan Suez, koran Inggris mengkritik pembangunan kanal tersebut dan mengkritik de Lesseps ketika menjual saham perusahaan pengelola Terusan Suez. Inggris melanjutkan kritiknya hingga pada risikonya Inggris membeli 44% saham perusahaan Terusan Suez tahun 1875.
Pembangunan Terusan Suez risikonya selesai pada 1869 dan upacara pembukaannya diadakan dengan sangat meriah dan dihadiri beberapa tamu penting ibarat Ratu Eugenie, istri dari Kaisar Napoleon III dan penguasa Mesir, Ismail Pasha. Pada tahun 1882 Inggris menguasai Mesir sehingga Terusan Suez turut menjadi wilayah kekuasaan Inggris. Pada Konvensi Konstantinopel tahun 1888 yang ditandatangani Inggris, Jerman, Austria-Hungaria, Spanyol, Perancis, Italia, Belanda, Kerajaan Rusia, dan Kerajaan Utsmaniyyah menyatakan bahwa Terusan Suez ialah tempat netral, namun tetap di bawah pengawasan Inggris.
Ketika Perang Dunia 1 berlangsung wilayah Terusan Suez dilindungi oleh prajurit Inggris biar terlindung dari serangan Ottoman. Pada 1936 Mesir mendapat kemerdekaannya dari Inggris namun Terusan Suez tetap berada dibawah kekuasaan Inggris. Ditahun 1956 situasi di Terusan Suez kembali memanas ketika Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser menasionalisasi Terusan Suez biar laba yang didapat dari kanal tersebut sanggup digunakan sebagai modal membangun Bendungan Aswan.
Tindakan Nasser menasionalisasi Terusan Suez menjadikan rasa tidak suka dari Inggris dan Prancis risikonya pada 29 Oktober 1956 Inggris dan Prancis mengirim pasukannya untuk menguasai Terusan Suez tindakan tersebut juga diikuti oleh Israel yang tidak suka kebijakan Nasser yang menutup Terusan Suez untuk kapal Israel. Khawatir akan timbulnya perang berkelanjutan yang dinilai akan merugikan banyak pihak, PBB turun tangan dalam menuntaskan krisis di Terusan Suez dengan memaksa Inggris dan Prancis untuk menarik pasukannya dari Suez.
Akhirnya pasukan Inggris dan Prancis mundur dari Terusan Suez pada bulan Desember 1956 disusul oleh Israel pada Maret 1957 dan pengelolaan Terusan Suez jatuh ke tangan Mesir. Sepuluh tahun kemudian Terusan Suez kembali ditutup alasannya ialah wilayah tersebut menjadi medan perang antara Mesir dan Israel. Kemudian pada tahun 1973 Terusan Suez kembali ditutup ketika Mesir menyerang Israel di Perang Yom Kippur. Akhirnya pada 1975 Terusan Suez kembali dibuka dan aktifitas pelayaran internasional kembali berjalan ibarat biasa hingga sekarang.
sumber: OA Historypedia Line
penulis: Wellesley/Wellington
Bacaan menarik:
Latar belakang Krisis Suez baca disini
Ide untuk membangun kanal yang melintasi daratan Mesir sudah ada semenjak era Mesir kuno. Firaun Senusret III membangun kanal sederhana yang menghubungkan Sungai Nil dan Laut Merah 1850 SM. Sumber kuno lain juga menyampaikan kalau Firaun Necho II dan Raja Darius dari Persia juga membangun kanal yang melintasi daratan Mesir di masa ke 6 SM namun terdapat perbedaan pendapat mengenai selesai atau tidaknya pembangunan kanal ini.
Kemudian kaisar Prancis sekaligus panglima perang populer Napoleon Bonaparte menaklukkan Mesir ditahun 1789. Napoleon tertarik untuk membangun kanal yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah namun pembangunan kanal tersebut terhenti alasannya ialah ditemukan perbedaan ketinggian 9 meter antara jalur calon kanal dan permukaan Laut Merah yang dikhawatirkan akan mengakibatkan banjir yang merusak Delta Sungai Nil.
Ternyata pada tahun 1847 analisis lain menyimpulkan bahwa perbedaan ketinggian antara Laut Merah dan daratan Mesir tidak terlalu berbahaya jikalau dibangun terusan. Akhinya pada tahun 1854 Ferdinand de Lesseps, konsul Prancis di Kairo, mengadakan perjanjian dengan penguasa Mesir untuk mengizinkan pembangunan Terusan Suez. De Lesseps juga mendapat hak sebagai pengelola utama Terusan Suez selama 99 tahun terhitung semenjak kanal dibuka. Pembagunan Terusan Suez dimulai pada 25 April 1859 proyek ini melibatkan 1,5 juta pekerja dan berdasarkan asumsi proyek menghabiskan biaya sebesar 200 juta francs namun ternyata biaya yang dikeluarkan dua kali lipat dari perkiraan.
Pembangunan Terusan Suez menjadikan rasa tidak suka dari Inggris yang khawatir posisinya sebagai penguasa pelayaran global tergeser tanggapan adanya Terusan Suez, koran Inggris mengkritik pembangunan kanal tersebut dan mengkritik de Lesseps ketika menjual saham perusahaan pengelola Terusan Suez. Inggris melanjutkan kritiknya hingga pada risikonya Inggris membeli 44% saham perusahaan Terusan Suez tahun 1875.
Pembangunan Terusan Suez risikonya selesai pada 1869 dan upacara pembukaannya diadakan dengan sangat meriah dan dihadiri beberapa tamu penting ibarat Ratu Eugenie, istri dari Kaisar Napoleon III dan penguasa Mesir, Ismail Pasha. Pada tahun 1882 Inggris menguasai Mesir sehingga Terusan Suez turut menjadi wilayah kekuasaan Inggris. Pada Konvensi Konstantinopel tahun 1888 yang ditandatangani Inggris, Jerman, Austria-Hungaria, Spanyol, Perancis, Italia, Belanda, Kerajaan Rusia, dan Kerajaan Utsmaniyyah menyatakan bahwa Terusan Suez ialah tempat netral, namun tetap di bawah pengawasan Inggris.
Ketika Perang Dunia 1 berlangsung wilayah Terusan Suez dilindungi oleh prajurit Inggris biar terlindung dari serangan Ottoman. Pada 1936 Mesir mendapat kemerdekaannya dari Inggris namun Terusan Suez tetap berada dibawah kekuasaan Inggris. Ditahun 1956 situasi di Terusan Suez kembali memanas ketika Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser menasionalisasi Terusan Suez biar laba yang didapat dari kanal tersebut sanggup digunakan sebagai modal membangun Bendungan Aswan.
Tindakan Nasser menasionalisasi Terusan Suez menjadikan rasa tidak suka dari Inggris dan Prancis risikonya pada 29 Oktober 1956 Inggris dan Prancis mengirim pasukannya untuk menguasai Terusan Suez tindakan tersebut juga diikuti oleh Israel yang tidak suka kebijakan Nasser yang menutup Terusan Suez untuk kapal Israel. Khawatir akan timbulnya perang berkelanjutan yang dinilai akan merugikan banyak pihak, PBB turun tangan dalam menuntaskan krisis di Terusan Suez dengan memaksa Inggris dan Prancis untuk menarik pasukannya dari Suez.
Akhirnya pasukan Inggris dan Prancis mundur dari Terusan Suez pada bulan Desember 1956 disusul oleh Israel pada Maret 1957 dan pengelolaan Terusan Suez jatuh ke tangan Mesir. Sepuluh tahun kemudian Terusan Suez kembali ditutup alasannya ialah wilayah tersebut menjadi medan perang antara Mesir dan Israel. Kemudian pada tahun 1973 Terusan Suez kembali ditutup ketika Mesir menyerang Israel di Perang Yom Kippur. Akhirnya pada 1975 Terusan Suez kembali dibuka dan aktifitas pelayaran internasional kembali berjalan ibarat biasa hingga sekarang.
sumber: OA Historypedia Line
penulis: Wellesley/Wellington
Bacaan menarik:
Latar belakang Krisis Suez baca disini
Sumber https://www.gu-buk.net
Posting Komentar untuk "Sejarah Saluran Suez, Jalur Penghubung Maritim Mediterania Dan Samudra Hindia"