Sejarah Raja-Raja Romawi
Sejarah awal Romawi sendiri sangat diselubungi mitos. Menurut legenda terkenal menyerupai yang diceritakan oleh sejarawan Titus Livius, Roma didirikan oleh saudara kembar, Remus dan Romulus, putra tuhan perang Mars dan keturunan pendekar kuno Aeneas. Kedua saudara yang sama-sama keras kepala itu laga untuk menentukan siapa yang berhak menjadi raja dari kota yang akan mereka dirikan. Akhirnya, mereka memutuskan untuk menyerahkan nasib kepada para dewa. Remus menduduki bukit Aventinus dan Romulus menduduki bukit Palatinus. Tidak usang kemudian, enam burung mendatangi Remus, sementara dua belas burung mendatangi Romulus. Bukannya berkompromi, kedua saudara itu malah makin berseteru; Remus mengaku ia berhak menjadi raja lantaran ia didatangi lebih dahulu, sementara Romulus membantah dengan alasan burung yang bertengger di bukitnya lebih banyak. Dalam kemarahannya, Romulus membunuh Remus dan mengambil takhta sebagai raja tunggal Roma, memulai kekuasaannya di atas bukit Palatinus.
-RAJA PERTAMA: ROMULUS (753-716 SM)
Romulus menerapkan sebuah kebijakan yang membuat permukiman kecilnya tumbuh cepat menjadi sebuah kota; ia menunjukkan hak kewarganegaraan kepada siapapun yang ingin bergabung, tanpa memedulikan latar belakang mereka. Kebijakan ini menarik banyak orang untuk pindah ke Roma, mulai dari orang miskin, budak-budak yang gres dibebaskan, hingga mantan kriminal. Akan tetapi, dilema gres muncul dari kebijakan ini: kebanyakan laki-laki yang tinggal di Roma masih lajang, dan sedikit sekali perempuan yang mau pindah ke permukiman kumuh itu.
Alkisah, Romulus dan rakyatnya memutuskan untuk mengatasi dilema ini dengan cara licik. Mereka mengundang suku tetangga mereka, bangsa Sabinus, untuk mendatangi ekspo Neptunus di Roma, namun rahasia menculik semua perempuan Sabin yang tiba dan memaksa mereka untuk menikahi pria-pria Roma. Bangsa Sabinus, tentu saja, merasa tidak bahagia akan tipu budi bulus ini dan menantang Roma untuk berperang. Ajaibnya, ketika pertempuran hampir pecah, para perempuan Sabin (yang tadinya diculik) melerai kedua pasukan dan membujuk kedua bangsa untuk hidup dalam damai. Romulus setuju untuk bertakhta bersama Titus Tatius, raja bangsa Sabinus (meskipun Titus dengan pasnya meninggal tidak usang kemudian). Ia membagi negara barunya menjadi tiga kategori: suku Latin, suku Sabin, dan suku Etruria (sebuah bangsa di kawasan utara Italia yang kini disebut Tuscany), membentuk senat yang terdiri atas seratus orang Latin dan seratus orang Sabin, serta menyusun sebuah perkumpulan kuria (Comitia Curiata) yang bertugas untuk menentukan dan mengangkat pejabat negara.
Romulus dicatat menghilang dibawa tornado misterius di hadapan Senat dan pasukan Romawi, meskipun Livius menyampaikan ia kemungkinan dibunuh.
-RAJA KEDUA: NUMA POMPILIUS (715-673 SM)
Setelah “kematian” Romulus, suku Sabin menuntut dipilihnya seorang raja gres dari kaum mereka. Setelah negosiasi panas, senat alhasil mengangkat Numa Pompilius, seseorang yang terkenal suci dan beriman, menjadi Raja Roma yang baru.
Sesuai reputasinya, Numa mulai menggelar fondasi kehidupan beragama di Roma. Ia memperbaiki kalendar Romawi dengan menambahkan bulan Januari dan Februari, memindahkan markas Perawan Vesta ke Roma untuk menjaga api abadi, membuat jabatan Pontifex Maximus untuk mengawasi kekerabatan antara rakyat Roma dengan para dewa, dan mendirikan Kuil Dewa Janus, yang terkenal lantaran pintunya hanya boleh dibuka ketika Roma sedang dalam keadaan perang. Pintu kuil tersebut, sehabis dipasang, tidak pernah dibuka lagi selama masa pemerintahan Numa. Sebagai perbandingan, pintu Kuil Janus hampir selalu terbuka ketika penerus Numa bertakhta:
-RAJA KETIGA: TULLUS HOSTILIUS (673-641 SM)
Tullus yaitu seorang raja yang haus darah; sehabis mendapatkan mahkota dari senat, ia pribadi berangkat berperang melawan kota Alba Longa. Awalnya ia berhasil menaklukan kota tersebut dengan menyebabkan mereka vasal, namun sehabis terjadinya adegan pengkhianatan dari pasukan Alba, ia memerintahkan kehancuran Alba Longa dan memaksa penduduknya pindah ke Roma, memberi mereka tanah di bukit Caelius.
Tullus melanjutkan berperang melawan bangsa-bangsa Sabin yang belum tunduk kepada Roma, namun gagal lantaran ia “membuat murka para dewa”. Pertanda buruk demi menandakan buruk mewarnai pemerintahannya, hingga alhasil ia sendiri disambar oleh petir Jupiter.
-RAJA KEEMPAT: ANCUS MARCIUS (641-616 SM)
Ancus Marcius yaitu cucu dari Numa, dan kepribadiannya hampir sama persis dengan kakeknya. Menahan diri untuk tidak berperang kecuali untuk pertahanan, Ancus kembali menggalakkan upacara-upacara keagamaan yang sebelumnya tidak dihiraukan oleh Tullus. Ia memperluas wilayah kota Roma ke bukit Janiculum, mengembangkan kota pelabuhan Ostia, dan membangun sebuah jembatan di sungai Tiber.
-RAJA KELIMA: LUCIUS TARQUINIUS PRISCUS (616-579 SM)
Berbeda dari raja-raja sebelumnya, Tarquinius bukan orang Latin maupun Sabin, melainkan orang Etruria berketurunan Yunani.
Ketika Tarquinius pindah ke Roma, ia dengan cepat meniti karir politik, menjalin persahabatan dengan Raja Ancus Marcius. Sang politikus muda cukup disukai oleh sang raja hingga dipercaya menjadi wali bimbing bagi kedua putranya.
Ketika Ancus Marcius meninggal dunia, Tarquinius menyuruh kedua anak asuhnya untuk pergi berburu, sementara ia memanipulasi senat untuk memilihnya menjadi penerus takhta alih-alih salah satu dari kedua anak mendiang raja. Setelah berhasil, ia pribadi bergerak untuk memperkuat posisi politiknya; ia menambah seratus dingklik lagi di senatorium, mengisinya dengan keluarga-keluarga Etruria dan para pendukungnya.
Beberapa prestasi yang dikaitkan kepada Tarquinius yaitu pembangunan stadiun Circus Maximus, penggalian gorong-gorong kota Roma, dan pendirian kuil agung Jupiter Optimus Maximus di bukit Capitolinus. Ia juga menjadi orang Romawi pertama yang melaksanakan tradisi triumph, parade kemenangan sehabis perang.
-RAJA KEENAM: SERVIUS TULLIUS (579-535 SM)
Servius Tullius terlahir dari seorang budak di rumah tangga Raja Tarquinius. Pada masa kecilnya, Servius membuat kehebohan dengan sebuah keajaiban; kepalanya terlihat terbakar ketika sedang tidur, namun pribadi padam begitu ia bangkit dan tidak mengalami luka apapun. Kejadian ini membuat istri sang raja, Tanaquil, tertarik kepada anak pesuruh itu, dan mulai ketika itu Servius dibesarkan menyerupai pangeran.
Kekuasaan Tarquinius berakhir ketika ia dibunuh oleh kedua anak Ancus Marcius yang merasa dikhianati. Akan tetapi, Tanaquil berhasil menyembunyikan final hidup suaminya, memberi tahu senat dan rakyat Roma bahwa sang raja hanya terluka parah. Servius diangkat menjadi pengganti sementara, hingga alhasil ia cukup dipercaya dan dihormati untuk menjadi raja sungguhan.
Servius Tullius sering disebut sebagai “penemu kedua” Roma, alasannya yaitu kebijakan-kebijakannya banyak mengubah sistem pemerintahan negara dan nantinya akan menjadi fondasi utama rezim republik. Ia melaksanakan sensus kependudukan Roma pertama, membagi rakyat menjadi kelas-kelas menurut kekayaan mereka, menyusun kewajiban militer tiap-tiap kelas, dan menyempurnakan sistem perkumpulan rakyat dengan membuat Comitia Centuriata untuk menggantikan Comita Curiata yang dinilai terlalu elitis.
Pada penghujung karirnya, Servius semakin terperinci lebih memihak kepada rakyat jelata daripada senat maupun orang-orang kaya, membuat ketidakpuasan yang dimanfaatkan oleh menantunya yang ambisius, Lucius Tarquinius Superbus. Tarquin Muda dan istrinya, Tullia, putri sang raja, membuatkan banyak sekali hasutan untuk menjelek-jelekkan reputasi Servius. Tarquin alhasil berhasil memenangkan hati senat, dengan terang-terangan mengambil singgahsana raja dan melempar Servius ke jalanan untuk dibunuh oleh anak buahnya.
-RAJA KETUJUH: LUCIUS TARQUNIUS SUPERBUS (534-509 SM)
Tarquin Muda yaitu seorang tiran. Selain dari perlakuannya yang keji terhadap ayah mertuanya sendiri, ia juga memerintah semena-mena tanpa memedulikan tradisi ataupun aturan etika Roma. Ia bertindak sebagai hakim tanpa pengawasan senat, menghukum siapapun yang tidak oke dengannya, mengambil tanah dan kekayaan mereka.
Kekuasaan Tarqunius dan keluarganya berakhir ketika anak sang raja, Tarqunius Sextus, membuat skandal dengan memerkosa Lucretia, putri seorang senator. Suami Lucretia, Lucius Tarquinius Collatinus—keponakan raja—bersama ayah Lucretia, Spurius Lucretius Tricipitinus, serta pendamping mereka Lucius Junius Brutus dan Publius Valerius, memimpin sebuah revolusi yang mengusir Tarquinius Superbus dari kota Roma.
Lelah akan banyak sekali ulah Tarquin Muda sebagai raja, senat dan rakyat Roma menentukan untuk menggantikan jabatan raja dengan dua orang Consul yang memerintah selama satu tahun, untuk menghindari penggumpalan kekuasaan. Ketakutan akan raja ini—Odium Regni—akan mewarnai politik Republik Romawi untuk ratusan tahun ke depannya.
sumber: OA Historypedia Line
penulis: Cicero
Sumber https://www.gu-buk.net
-RAJA PERTAMA: ROMULUS (753-716 SM)
Romulus menerapkan sebuah kebijakan yang membuat permukiman kecilnya tumbuh cepat menjadi sebuah kota; ia menunjukkan hak kewarganegaraan kepada siapapun yang ingin bergabung, tanpa memedulikan latar belakang mereka. Kebijakan ini menarik banyak orang untuk pindah ke Roma, mulai dari orang miskin, budak-budak yang gres dibebaskan, hingga mantan kriminal. Akan tetapi, dilema gres muncul dari kebijakan ini: kebanyakan laki-laki yang tinggal di Roma masih lajang, dan sedikit sekali perempuan yang mau pindah ke permukiman kumuh itu.
Alkisah, Romulus dan rakyatnya memutuskan untuk mengatasi dilema ini dengan cara licik. Mereka mengundang suku tetangga mereka, bangsa Sabinus, untuk mendatangi ekspo Neptunus di Roma, namun rahasia menculik semua perempuan Sabin yang tiba dan memaksa mereka untuk menikahi pria-pria Roma. Bangsa Sabinus, tentu saja, merasa tidak bahagia akan tipu budi bulus ini dan menantang Roma untuk berperang. Ajaibnya, ketika pertempuran hampir pecah, para perempuan Sabin (yang tadinya diculik) melerai kedua pasukan dan membujuk kedua bangsa untuk hidup dalam damai. Romulus setuju untuk bertakhta bersama Titus Tatius, raja bangsa Sabinus (meskipun Titus dengan pasnya meninggal tidak usang kemudian). Ia membagi negara barunya menjadi tiga kategori: suku Latin, suku Sabin, dan suku Etruria (sebuah bangsa di kawasan utara Italia yang kini disebut Tuscany), membentuk senat yang terdiri atas seratus orang Latin dan seratus orang Sabin, serta menyusun sebuah perkumpulan kuria (Comitia Curiata) yang bertugas untuk menentukan dan mengangkat pejabat negara.
Romulus dicatat menghilang dibawa tornado misterius di hadapan Senat dan pasukan Romawi, meskipun Livius menyampaikan ia kemungkinan dibunuh.
-RAJA KEDUA: NUMA POMPILIUS (715-673 SM)
Setelah “kematian” Romulus, suku Sabin menuntut dipilihnya seorang raja gres dari kaum mereka. Setelah negosiasi panas, senat alhasil mengangkat Numa Pompilius, seseorang yang terkenal suci dan beriman, menjadi Raja Roma yang baru.
Sesuai reputasinya, Numa mulai menggelar fondasi kehidupan beragama di Roma. Ia memperbaiki kalendar Romawi dengan menambahkan bulan Januari dan Februari, memindahkan markas Perawan Vesta ke Roma untuk menjaga api abadi, membuat jabatan Pontifex Maximus untuk mengawasi kekerabatan antara rakyat Roma dengan para dewa, dan mendirikan Kuil Dewa Janus, yang terkenal lantaran pintunya hanya boleh dibuka ketika Roma sedang dalam keadaan perang. Pintu kuil tersebut, sehabis dipasang, tidak pernah dibuka lagi selama masa pemerintahan Numa. Sebagai perbandingan, pintu Kuil Janus hampir selalu terbuka ketika penerus Numa bertakhta:
-RAJA KETIGA: TULLUS HOSTILIUS (673-641 SM)
Tullus yaitu seorang raja yang haus darah; sehabis mendapatkan mahkota dari senat, ia pribadi berangkat berperang melawan kota Alba Longa. Awalnya ia berhasil menaklukan kota tersebut dengan menyebabkan mereka vasal, namun sehabis terjadinya adegan pengkhianatan dari pasukan Alba, ia memerintahkan kehancuran Alba Longa dan memaksa penduduknya pindah ke Roma, memberi mereka tanah di bukit Caelius.
Tullus melanjutkan berperang melawan bangsa-bangsa Sabin yang belum tunduk kepada Roma, namun gagal lantaran ia “membuat murka para dewa”. Pertanda buruk demi menandakan buruk mewarnai pemerintahannya, hingga alhasil ia sendiri disambar oleh petir Jupiter.
-RAJA KEEMPAT: ANCUS MARCIUS (641-616 SM)
Ancus Marcius yaitu cucu dari Numa, dan kepribadiannya hampir sama persis dengan kakeknya. Menahan diri untuk tidak berperang kecuali untuk pertahanan, Ancus kembali menggalakkan upacara-upacara keagamaan yang sebelumnya tidak dihiraukan oleh Tullus. Ia memperluas wilayah kota Roma ke bukit Janiculum, mengembangkan kota pelabuhan Ostia, dan membangun sebuah jembatan di sungai Tiber.
-RAJA KELIMA: LUCIUS TARQUINIUS PRISCUS (616-579 SM)
Berbeda dari raja-raja sebelumnya, Tarquinius bukan orang Latin maupun Sabin, melainkan orang Etruria berketurunan Yunani.
Ketika Tarquinius pindah ke Roma, ia dengan cepat meniti karir politik, menjalin persahabatan dengan Raja Ancus Marcius. Sang politikus muda cukup disukai oleh sang raja hingga dipercaya menjadi wali bimbing bagi kedua putranya.
Ketika Ancus Marcius meninggal dunia, Tarquinius menyuruh kedua anak asuhnya untuk pergi berburu, sementara ia memanipulasi senat untuk memilihnya menjadi penerus takhta alih-alih salah satu dari kedua anak mendiang raja. Setelah berhasil, ia pribadi bergerak untuk memperkuat posisi politiknya; ia menambah seratus dingklik lagi di senatorium, mengisinya dengan keluarga-keluarga Etruria dan para pendukungnya.
Beberapa prestasi yang dikaitkan kepada Tarquinius yaitu pembangunan stadiun Circus Maximus, penggalian gorong-gorong kota Roma, dan pendirian kuil agung Jupiter Optimus Maximus di bukit Capitolinus. Ia juga menjadi orang Romawi pertama yang melaksanakan tradisi triumph, parade kemenangan sehabis perang.
-RAJA KEENAM: SERVIUS TULLIUS (579-535 SM)
Servius Tullius terlahir dari seorang budak di rumah tangga Raja Tarquinius. Pada masa kecilnya, Servius membuat kehebohan dengan sebuah keajaiban; kepalanya terlihat terbakar ketika sedang tidur, namun pribadi padam begitu ia bangkit dan tidak mengalami luka apapun. Kejadian ini membuat istri sang raja, Tanaquil, tertarik kepada anak pesuruh itu, dan mulai ketika itu Servius dibesarkan menyerupai pangeran.
Kekuasaan Tarquinius berakhir ketika ia dibunuh oleh kedua anak Ancus Marcius yang merasa dikhianati. Akan tetapi, Tanaquil berhasil menyembunyikan final hidup suaminya, memberi tahu senat dan rakyat Roma bahwa sang raja hanya terluka parah. Servius diangkat menjadi pengganti sementara, hingga alhasil ia cukup dipercaya dan dihormati untuk menjadi raja sungguhan.
Servius Tullius sering disebut sebagai “penemu kedua” Roma, alasannya yaitu kebijakan-kebijakannya banyak mengubah sistem pemerintahan negara dan nantinya akan menjadi fondasi utama rezim republik. Ia melaksanakan sensus kependudukan Roma pertama, membagi rakyat menjadi kelas-kelas menurut kekayaan mereka, menyusun kewajiban militer tiap-tiap kelas, dan menyempurnakan sistem perkumpulan rakyat dengan membuat Comitia Centuriata untuk menggantikan Comita Curiata yang dinilai terlalu elitis.
Pada penghujung karirnya, Servius semakin terperinci lebih memihak kepada rakyat jelata daripada senat maupun orang-orang kaya, membuat ketidakpuasan yang dimanfaatkan oleh menantunya yang ambisius, Lucius Tarquinius Superbus. Tarquin Muda dan istrinya, Tullia, putri sang raja, membuatkan banyak sekali hasutan untuk menjelek-jelekkan reputasi Servius. Tarquin alhasil berhasil memenangkan hati senat, dengan terang-terangan mengambil singgahsana raja dan melempar Servius ke jalanan untuk dibunuh oleh anak buahnya.
-RAJA KETUJUH: LUCIUS TARQUNIUS SUPERBUS (534-509 SM)
Tarquin Muda yaitu seorang tiran. Selain dari perlakuannya yang keji terhadap ayah mertuanya sendiri, ia juga memerintah semena-mena tanpa memedulikan tradisi ataupun aturan etika Roma. Ia bertindak sebagai hakim tanpa pengawasan senat, menghukum siapapun yang tidak oke dengannya, mengambil tanah dan kekayaan mereka.
Kekuasaan Tarqunius dan keluarganya berakhir ketika anak sang raja, Tarqunius Sextus, membuat skandal dengan memerkosa Lucretia, putri seorang senator. Suami Lucretia, Lucius Tarquinius Collatinus—keponakan raja—bersama ayah Lucretia, Spurius Lucretius Tricipitinus, serta pendamping mereka Lucius Junius Brutus dan Publius Valerius, memimpin sebuah revolusi yang mengusir Tarquinius Superbus dari kota Roma.
Lelah akan banyak sekali ulah Tarquin Muda sebagai raja, senat dan rakyat Roma menentukan untuk menggantikan jabatan raja dengan dua orang Consul yang memerintah selama satu tahun, untuk menghindari penggumpalan kekuasaan. Ketakutan akan raja ini—Odium Regni—akan mewarnai politik Republik Romawi untuk ratusan tahun ke depannya.
sumber: OA Historypedia Line
penulis: Cicero
Posting Komentar untuk "Sejarah Raja-Raja Romawi"