Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Mengenal Idealisme Plato


Plato yakni seorang Filsuf Idealis dari Athena yang hidup berkisar tahun 428/427-348/347 SM dan merupakan murid dari Filsuf terkenal, Socrates. Dalam perjuangan filsafatnya, Plato mendirikan sebuah daerah mencar ilmu dan berdiskusi bersama murid-muridnya, daerah tersebut Ia namakan ‘Academus’ yang mana yakni nama dari seorang tokoh Yunani Kuno. Academus ini pula yang lalu menjadi akar dari kata Akademi.

Lalu apa itu Filsafat Idealisme? Idealisme merupakan suatu pemikiran atau cabang dalam filsafat yang menekankan keunggulan jiwa (ide) dibandingkan dengan hal-hal material, alasannya yakni berdasarkan filsafat Idealisme, hakikat dunia ini yakni ide. Lalu bagaimana dengan Idealisme Plato? Apa yang dipikirkan oleh Plato? Atau, apa proyek filsafat Plato?

Plato berusaha menjelaskan bagaimana insan bisa menangkap pengetahuan. Bagaimana insan bisa mengetahui bahwa daun yakni daun saat ia melihat daun, atau mengetahui bahwa kucing yakni kucing saat kita melihat kucing? darimana datangnya pengetahuan ihwal daun maupun kucing ini? Jika anda bertanya pada Plato maka jawabannya yakni dari ‘ide’ mengenai daun itu sendiri yang sudah tersimpan di dalam diri insan semenjak awal ia eksis.

Apakah anda pernah melihat daun? Bagaimana dengan kucing? Pernahkah anda melihat kucing? Lalu saat anda melihat dua hal tersebut, pernahkah anda terpikirkan mengapa anda sanggup membedakan antara daun dan kucing? Mengapa kita bisa mengetahui bahwa sesuatu itu yakni seekor kucing sedang sesuatu yang lain merupakan sehelai daun? Mengapa kita tidak pernah salah membedakan antara kucing dan daun? Yah, darimana pengetahuan ihwal daun dan kucing ini datang?

Para filsuf empirisis tentu akan menjawab bahwa semua pengetahuan kita tiba dari pengalaman. John Locke, seorang filsuf empiris bahkan menyampaikan bahwa saat terlahir, insan bagaikan kertas kosong hingga pengalaman empiris menuliskan sesuatu pada kertas kosong tersebut. Artinya tidak ada yang dinamakan dengan pengetahuan bawaan. Namun berbeda dengan Plato dan Idealismenya, Ia mengaggap bahwa pengetahuan bawaan itu ada dalam badan manusia, pengetahuan bawaan itulah yang merupakan pengetahuan sejati, sebuah kebenaran yang disebut ide.

Kucing yang satu dengan yang lainnya pastilah berbeda. Namun begitu, saat kita melihat kucing, kita tetap tahu bahwa itu yakni kucing, meski setiap kucing mempunyai warna yang berbeda. bahkan saat kita melihat kucing yang sudah kehilangan kakinya, ekornya, atau kepalanya, kita masih bisa mengetahui bahwa itu yakni kucing. Bagi Plato, ini mengambarkan bahwa pengalaman dari luar bukanlah sumber pengetahuan. Sebab kita masih mengetahui bahwa kucing itu yakni kucing meski kita melihatnya dalam bentuk lain atau dalam bentuk yang tidak lengkap.

Plato beranggapan bahwa kita sanggup mengetahui bahwa kucing itu yakni kucing, alasannya yakni sedari kita lahir, kita telah menyimpan inspirasi ihwal kucing dalam diri kita, inspirasi ini semacam teladan abadi yang tergambar dalam pikiran kita. Sebuah cetakan yang membentuk semua kucing di dunia materi, dan cetakan ini hanya ada satu dan berasal dari dunia ide. Maka plato pun beranggapan bahwa dunia inspirasi itulah yang merupakan sebuah kebenaran, sedangkan dunia Indra yang kita lihat, yakni representasi dari dunia ide, atau hanyalah hasil dari cetakan dunia ide.

Singkatnya, sedari awal insan itu eksis, pikiran kita telah menyimpan inspirasi ihwal segala hal. Ide ihwal gunung, inspirasi ihwal daun, ihwal lautan, dan ide-ide lainnya. Ide ini sanggup diibaratkan sebagai sebuah teladan abadi yang tersimpan dalam pikiran kita. Ide inilah pula yang menciptakan kita sanggup mengetahui bahwa gunung yakni gunung sedangkan kucing yakni kucing. Dengan ide-ide itulah insan bisa memproyeksikan gunung maupun kucing. Meski secara fisik kucing itu telah berubah mirip kehilangan kaki, ekor atau kepala, namun konsep mengenai kucing yang tersimpan dalam bentuk teladan dalam pikiran kita yakni abadi. Maka kita tetap menganggap kucing yakni kucing meski secara fisik telah berubah.

Contoh lain, saat kita mengelus sehelai daun atau melihatnya. Bagaimana kita sanggup mengetahui bahwa itu daun? Apakah pengetahuan ihwal daun tiba dari daun atau dirasakan oleh kita dari dalam pikiran kita? Ketika kita memegang daun, bentuk daun kita rasakan dengan tangan kita. Siapa yang mencicipi bahwa daun itu yakni daun? Tentu diri kita, alasannya yakni berdasarkan Plato, teladan atau konsep mengenai daun sudah tersimpan didalam pikiran kita. Semua konsep mengenai daun (bentuk,rasa,warna) itu berasal dari dunia ide, dan diproyeksikan ke dunia materi.

Lebih jauh, plato melaksanakan dikotomi antara dunia inspirasi dan dunia materi. Plato menyampaikan bahwa ada dua dunia, yakni dunia inspirasi dan dunia materi. Dunia inspirasi yakni dunia yang paling benar, dunia dimana segala bentuk inspirasi itu berasal, sedangkan dunia bahan (dunia yang kita lihat dan rasakan) yakni proyeksi dari dunia inspirasi itu sendiri.

sumber: OA Historypedia LINE

Sumber https://www.gu-buk.net

Posting Komentar untuk "Mengenal Idealisme Plato"