Joan Of Arc
Joan of Arc yakni penganut agama katolik yang taat dan seorang pejuang yang pada karenanya dinobatkan sebagai santa(orang suci) oleh geraja. Ia menjadi populer sehabis memimpin pasukan untuk melawan pendudukan tentara Inggris di Prancis selama 100 tahun peperangan. Hidupnya terbilang cukup singkat, alasannya ia dieksekusi mati dengan cara dibakar hidup-hidup pada usia 19 tahun di kota Rouen tahun 1431.
Joan yakni anak bungsu dari lima bersaudara pasangan Jacques dan Isabelle d'Arcyang. Ia lahir pada tanggal 6 Januari 1412 di sebuah desa di Domremy. Sejak kecil, ia sudah menandakan perilaku yang begitu shalih pada masyarakat sekitarnya. Ibunya selalu mengajarkan doa-doa kepadanya dengan begitu sabar, menyerupai Bapa Kami, Salam Maria, dan Credo.
Pada usia 13 tahun, Joan mencicipi dorongan batin yang begitu kuat. Ia mempercayai bahwa suara-suara batin yang ia dengar setiap hari itu yakni bunyi Tuhannya melalui St. Mikail, sang Malaikat Agung, Sta Katarina, dan Sta. Margareta. Suatu ketika, suara-suara batin tersebut menyuruhnya supaya ia menyelamatkan negara Prancis yang pada dikala itu hampir seluruh daerahnya dikuasai oleh pasukan Inggris dan Burgundi. Selain itu, ia juga diperintahkan untuk menghartakan putra mahkota kerajaan Prancis yang berjulukan Charles supaya segera mengenakan mahkota sebagai raja Prancis dan mengusir tentara Inggris dari tanah Prancis.
Pada tanggal 23 Februari 1429, Joan menemui gubernur Sir Robert de Baudricort yang pro Prancis di kota Vaucoulers. Ia menceritakan suara-suara batin yang selalu didengarnya dan menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan putra mahkota Charles di Chinon. Ia sempat ditolak beberapa kali, tetapi karenanya diizinkan untuk bertemu dengan sang putra mahkota. Tidak gampang untuk meyakinkan putra mahkota, terlebih pada dikala itu kekuasaan gereja begitu besar. Setelah melalui penyelidikan yang dilakukan oleh para pejabat gereja yang dipimpin oleh Uskup Agung Reims. ia pun mendapat izin untuk memimpin tentara Prancis.
Selanjutnya, pada tanggal 29 April 1429, Joan dan bala tentaranya memasuki kota Orleans. Ia berhasil memporak-porandakan kubu pertahanan tentara Inggris di Orleans pada tanggal 8 Mei 1942. Tanggal 9 Juni 1942, ia bersama pasukannya memasuki lembah Loire. Dan, pada tanggal 19 Juni, ia berhasil memukul mundur serta memaksa pasukan inggris keluar dari lembah Loire.
Atas keberhasilannya di medan perang, Joan pun mendesak kepada para pejabat kerajaan dan gereja untuk mengangkat putra mahkota secepatnya. Akhirnya, pada tanggal 17 Juli 1429, Charles secara resmi menjadi Raja Prancis. Akan tetapi, semenjak menjadi raja, ia tidak mau mendengar pesan yang tersirat dari siapa pun termasuk Joan.
Sebagai tahanan di Kota Compiegne, Joan diperlakukan dengan baik. Akan tetapi, pada tanggal 21 November 1430, ia dipindahkan ke tangan pasukan tentara Inggris. Di sanalah ia mencicipi siksaan-siksaan, baik fisik maupun psikis. Ia kemudian dibawa ke pengadilan Uskup Beauviais dengan tuduhan pokok praktik sihir dan takhayul sebanyak 15 kali. Ia mencoba membela diri dan secara gemilang mendebat para penuntut-penuntutnya, yang sebagian besar yakni kaum cendikiawan. Ia selalu menolak tuntutan untuk mengungkapkan suara-suara batin yang didengarnya.
Akhirnya, Joan pun dinyatakan bersalah dan harus menjankan hukuman. Pada tanggal 30 Meil 1431, ia dibakar hidup-hidup di alun-alun di Kota Rouen. Ia harus kehilangan nyawanya melalui keputusan palsu pengadilan gereja yan tanpa malu-malu menjual kebenaran untuk tujuan politik Inggris.
Beberap tahun kemudian, demi mempertahankan kedudukannya, Raja Charles dua kali membuktikan bahwa keputusan pengadilan untuk menghukum Joan itu tidak sah. Dan, 25 tahun sehabis kematiannya, Paus Kalistus III menunjuk komisi untuk melaksanakan penyelidikan atas keputusan pengadilan gereja pula, dinyatakan bahwa sanksi yang dahulu dijatuhkan kepadanya dicapai atas dasar kebijaksanaan bulus belaka.
Joan yakni anak bungsu dari lima bersaudara pasangan Jacques dan Isabelle d'Arcyang. Ia lahir pada tanggal 6 Januari 1412 di sebuah desa di Domremy. Sejak kecil, ia sudah menandakan perilaku yang begitu shalih pada masyarakat sekitarnya. Ibunya selalu mengajarkan doa-doa kepadanya dengan begitu sabar, menyerupai Bapa Kami, Salam Maria, dan Credo.
Pada usia 13 tahun, Joan mencicipi dorongan batin yang begitu kuat. Ia mempercayai bahwa suara-suara batin yang ia dengar setiap hari itu yakni bunyi Tuhannya melalui St. Mikail, sang Malaikat Agung, Sta Katarina, dan Sta. Margareta. Suatu ketika, suara-suara batin tersebut menyuruhnya supaya ia menyelamatkan negara Prancis yang pada dikala itu hampir seluruh daerahnya dikuasai oleh pasukan Inggris dan Burgundi. Selain itu, ia juga diperintahkan untuk menghartakan putra mahkota kerajaan Prancis yang berjulukan Charles supaya segera mengenakan mahkota sebagai raja Prancis dan mengusir tentara Inggris dari tanah Prancis.
Pada tanggal 23 Februari 1429, Joan menemui gubernur Sir Robert de Baudricort yang pro Prancis di kota Vaucoulers. Ia menceritakan suara-suara batin yang selalu didengarnya dan menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan putra mahkota Charles di Chinon. Ia sempat ditolak beberapa kali, tetapi karenanya diizinkan untuk bertemu dengan sang putra mahkota. Tidak gampang untuk meyakinkan putra mahkota, terlebih pada dikala itu kekuasaan gereja begitu besar. Setelah melalui penyelidikan yang dilakukan oleh para pejabat gereja yang dipimpin oleh Uskup Agung Reims. ia pun mendapat izin untuk memimpin tentara Prancis.
Selanjutnya, pada tanggal 29 April 1429, Joan dan bala tentaranya memasuki kota Orleans. Ia berhasil memporak-porandakan kubu pertahanan tentara Inggris di Orleans pada tanggal 8 Mei 1942. Tanggal 9 Juni 1942, ia bersama pasukannya memasuki lembah Loire. Dan, pada tanggal 19 Juni, ia berhasil memukul mundur serta memaksa pasukan inggris keluar dari lembah Loire.
Atas keberhasilannya di medan perang, Joan pun mendesak kepada para pejabat kerajaan dan gereja untuk mengangkat putra mahkota secepatnya. Akhirnya, pada tanggal 17 Juli 1429, Charles secara resmi menjadi Raja Prancis. Akan tetapi, semenjak menjadi raja, ia tidak mau mendengar pesan yang tersirat dari siapa pun termasuk Joan.
Pada tanggal 23 Mei 1430, dalam sebuah misi peperangan, Joan tertangkap di Kota Compiegne, alasannya dikhianati oleh tentara Burgundia. Raja Charles yang mendengar kabar penangkapannya, tidak melaksanakan tindakan apa pun, bahkan dibiarkan begitu saja.
Sebagai tahanan di Kota Compiegne, Joan diperlakukan dengan baik. Akan tetapi, pada tanggal 21 November 1430, ia dipindahkan ke tangan pasukan tentara Inggris. Di sanalah ia mencicipi siksaan-siksaan, baik fisik maupun psikis. Ia kemudian dibawa ke pengadilan Uskup Beauviais dengan tuduhan pokok praktik sihir dan takhayul sebanyak 15 kali. Ia mencoba membela diri dan secara gemilang mendebat para penuntut-penuntutnya, yang sebagian besar yakni kaum cendikiawan. Ia selalu menolak tuntutan untuk mengungkapkan suara-suara batin yang didengarnya.
Akhirnya, Joan pun dinyatakan bersalah dan harus menjankan hukuman. Pada tanggal 30 Meil 1431, ia dibakar hidup-hidup di alun-alun di Kota Rouen. Ia harus kehilangan nyawanya melalui keputusan palsu pengadilan gereja yan tanpa malu-malu menjual kebenaran untuk tujuan politik Inggris.
Beberap tahun kemudian, demi mempertahankan kedudukannya, Raja Charles dua kali membuktikan bahwa keputusan pengadilan untuk menghukum Joan itu tidak sah. Dan, 25 tahun sehabis kematiannya, Paus Kalistus III menunjuk komisi untuk melaksanakan penyelidikan atas keputusan pengadilan gereja pula, dinyatakan bahwa sanksi yang dahulu dijatuhkan kepadanya dicapai atas dasar kebijaksanaan bulus belaka.
Sumber https://www.gu-buk.net
Posting Komentar untuk "Joan Of Arc"