Pecah Perang Dunia Ii Dan Operasi Barbarossa

Perang Dunia II pecah saat Jerman menginvasi Polandia pada 1 september 1939. Inggris dan Perancis secara sepihak menyatakan perang terhadap Jerman. Uni Soviet yang di timur jauh sana malah menciptakan perjanjian pakta non aksi dengan Jerman. Pakta tersebut dibentuk beberapa hari sebelum terjadinya Perang Dunia II. Pakta ini berisi bahwasannya tidak akan ada saling menyerang secara pribadi atau pun tidak pribadi antar kedua negara. Perjanjian politik tersebut bisa dianalisis dalam dua sudut pandang antar dua negara. Dalam sudut pandang Jerman, pakta tersebut menguntungkan lantaran menciptakan Jerman lebih fokus menyerang eropa barat. Hal ini terlihat saat memasuki tahun 1940 Nazi Jerman bersama sekutunya semakin besar lengan berkuasa dan bisa menyapu tempat Eropa Barat. Puncaknya terjadi pada 10 Juni 1940, dimana Prancis yang merupakan salah satu negara yang besar lengan berkuasa di Eropa bisa ditaklukan oleh Nazi Jerman. Bisa dibilang situasi eropa barat pada waktu itu mencekam. Hanya tersisa Inggris sendirian yang diseberang lautan yang bisa bertahan dengan segala cara dari serangan Nazi Jerman. Dalam sudut pandang Uni Soviet tentunya hal ini juga menguntungkan bagi mereka, Uni Soviet membiarkan negara-negara eropa barat yang notabennya merupakan kapitalis musuh Uni Soviet saling membunuh satu sama lain dan akan melemah. Pada kenyataannya pakta non aksi hanya menunda sebentar perang antara Uni Soviet dan Jerman

Setelah memperoleh banyak kemenangan di front barat eropa, maka Hitler mulai menginginkan tempat Uni Soviet yang kaya akan hasil alamnya terutama minyak yang amat diharapkan dalam industri Jerman. Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman menginvasi Uni Soviet dengan arahan operasi militer “Operasi Barbarossa”. Pada tanggal 18 Desember 1940, Hitler menandatangani Directive Perang Nomor 21 kepada Komando Tinggi Jerman untuk operasi dengan nama sandi "Operasi Barbarossa" yang menyatakan : "Wehrmacht Jerman harus siap untuk menghancurkan Rusia dalam kampanye yang cepat." Operasi ini diberi nama Kaisar Frederick Barbarossa dari Kekaisaran Romawi Suci, seorang pemimpin dari Perang Salib Ketiga pada masa ke-12. Invasi ditetapkan mulai 15 Mei 1941. Pada bulan Desember, Stanlin mengingatkan para jenderal Uni Soviet perihal perhatian Hitler bahwa mereka harus selalu siap untuk menahan serangan Jerman, dan Hitler berpikir bahwa Tentara Merah akan memerlukan empat tahun untuk persiapan diri. Oleh lantaran itu, "kita harus siap lebih awal" dan "kami akan mencoba untuk menunda perang selama dua tahun lagi.(Doktrin Militer: Operasi Barbarosa)".

Pada awalnya operasi itu terlihat sukses dan melihat bahwasannya tentara Uni Soviet gampang digulung, kenyatannya operasi tersebut berjalan jauh lebih sulit. Taktik perang kilat Jerman tidak berhasil menyapu Uni Soviet begitu saja. Ini disebabkan taktik Jerman membutuhkan infrastruktur yang anggun dalam memobilisasi pasukannya. Sedangkan infrastruktur yang di Uni Soviet jelek dibandingkan yang ada di Eropa barat. Selain itu animo hambar Uni Soviet yang populer ganas bisa menghalangi gerak maju pasukan Jerman. Operasi Barborossa bisa dibilang kegagalan Jerman kedua sehabis gagal juga dalam operasi “singa laut” di Inggris. Operasi Barborassa malah berbuntut panjang lantaran di adakan operasi-operasi lanjutan di Uni Soviet. Salah satunya yaitu “Pertempuran Stalingrad”, yang mana pertempuran tersebut populer paling brutal dalam Perang Dunia II. Operasi militer yang dilakukan oleh Jerman di Uni Soviet bisa dikatakan sebagai titik balik. Jerman mulai mengalami kekalahan beruntun.

Namun Uni Soviet juga harus membayar dengan mengalami kerugiaan besar, hal ini terlihat banyaknya korban jiwa dan kerusakan ekonomi menciptakan Uni Soviet goyah. Uni Soviet melihat bahwasannya perlu adanya kolaborasi yang dibangun dengan negara-negara sekutu yang menganut paham kapitalisme. Pemerintah Amerika Serikat pada tanggal 11 Maret 1941 mengeluarkan paket kebijakan lend-lease act yang mana paket tersebut merupakan paket dukungan terhadap negara-negara akseptor perang yang menghadapi Jerman. Pemimpin Uni Soviet risikonya bergabung untuk ikut turut serta dalam kebijakan dukungan tersebut. Dalam hal ini Joseph Stalin menahan permusuhan sementara dengan musuh kapitalismenya demi keselamatan negaranya.

sumber: doktrin-militer.sttbt.web.id

Sumber https://www.gu-buk.net