Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Mengingat 71 Tahun Pendudukan Berlin Oleh Soviet

Artikel Asli :Dr Luke Gibbon
Penerjemah dan Editor : Muhamad Ikhsan 
A. Pertempuran Berlin 1945
Hari ini yakni hari bersejarah dimana pasukan sekutu berhasil menduduki wilayah Jerman, tepatnya di Reichstag (gedung DPR Jerman) di Berlin 71 tahun lalu. Kemenangan ini mengukuhkan kemenangan pasukan Soviet khususnya dalam Perang Dunia II melawan Nazi. Hari ini pula Jenderal Helmuth Wedling yang merupakan komandan Nazi terakhir yang masih hidup memberi perintah membuka pertahanan kota untuk dikuasai tentara merah. 
Bagaimanapun juga, gambar bersejarah yang diambil fotografer Yevgeny Khaldei di majalah Ogonyk menggemparkan dunia. Menurut keterangan pemerintah Soviet, pengibaran bendera ini bahwasanya dilakukan tanggal 30 April sehabis kontribusi perintah mengalahkan pasukan Jerman. Namun tanggal insiden ini masih kabur, perintah untuk menguasai Reichstag diberikan tanggal 1 Mei sebagai penanda kemenangan mereka di Hari Buruh Internasional, sementara pertarungan sengit berlanjut di Berlin yang bertahan selama beberapa hari kemudian. Tidak dapat disangkal juga bahwa pada tanggal 1 Mei tentara merah telah berhasil menduduki jantung pertahanan negara tersebut.
Kemenangan ini mesti dibayar mahal oleh Soviet, setidaknya insiden ini mengorbankan jiwa 78.291 pasukan dan melukai hamper 270 ribu lainnya. Musuh mereka pun sungguh berat, yakni melawan  90.000 tentara Jerman. Untungnya kondisi pasukan Jerman ketika itu berantakkan dan keahlian tentara amatir yang rendah memudahkan Soviet menduduki wilayah tersebut. Propaganda Jerman yang mengabarkan tentara merah tiba dengan dendam kesumat pun menciptakan pasukan Jerman mempertahankan Berlin habis-habisan. Jika dapat memilih, mereka (rakyat Jerman) lebih menentukan dikuasai pasukan sekutu ketimbang pasukan Soviet. 
Besarnya korban juga menciptakan ambisi Soviet menguasai Jerman menguat. Stalin memerintahkan penundaan kedatangan tentara merah ke Berlin lantaran ia ingin tentaranya benar-benar siap melawan tentara Jerman dengan kondisi terburuk. Tanggal 1 April 1945 telah diputuskan bahwa pasukan Soviet harus menguasai Berlin lebih dulu ketimbang Amerika ataupun Inggris. Walaupun Stalin sebelumnya hanya memberi kuasa kepada Marsekal Zhukov, ia kemudian membagi komando di antara Marsekal Zhukov, Konev, dan  Rokossovsky. Dalam tenggat waktu dua ahad yang diberikan, Stalin berlomba dengan waktu menguasai kota Berlin. Ia juga memberi sayembara kepada tiga jenderal tersebut bahwa siapapun yang pertama menduduki Berlin maka akan diganjar dengan gelar pendekar nasional Soviet.
Perlombaan Menuju Reichstag
Stalin benar-benar berambisi merebut Berlin. Pada Konverensi Yalta Februari 1945 ia telah menandatangani “kesepakatan persahabatan” dengan pasukan sekutu yang menguntungkan pasukan Soviet dan mungkin membuatnya dapat benar-benar menguasai Berlin secara utuh.
Untuk semua komandan dan prajurit tentara merah, penaklukan Reichstag mungkin menjadi symbol pengorbanan mereka dan kemenangan anggun melawan Nazi Jerman. Dalam surat para tentara Soviet kebanyakan memuat rasa harapan mereka menciptakan Soviet Berjaya dan menduduki kota Berlin. Perang antara Soviet dan Jerman telah benar-benar menghancurkan kedua negara, bahkan empat kali lebih besar dari dampak pasukan sekutu. Pendudukan Nazi dan serangan balik Soviet mengorbankan 23 juta nyawa tentara dan sipil Soviet. Berlin akan menjadi milik Soviet lantaran perjuangan mereka yang besar.
Perlombaan Bom
Anthony Beevor beropini bahwa perlombaan menguasai Berlin merupakan bab rencana Stalin untuk menciptakan bom atom. Intelijen Soviet telah memberitahu Stalin perkembangan proyek Anglo-American-Canadian Manhattan, sedangkan aktivitas Borodino milik Soviet masih tertinggal jauh. Sejauh ini Amerika hanya memperlihatkan uranium kepada Soviet, dan dengan Inggris Soviet mendirikan perjanjian monopoli material nuklir. Stalin benar-benar berambisi merebut peneliti nuklir dan materi nuklir di sentra penelitian Jerman, yakni Institut Kaiser Wilhelm di tenggara kota Berlin. Walaupun tentara merah berhasil menduduki kemudahan penelitian dan sejumlah tiga tom uranium yang memberi komplemen pijakan besar kemajuan penelitian nuklir Soviet, pasukan sekutu masih di depan mereka.
B. Saling Curiga Antara Soviet dengan Sekutu: 
Pandangan Soviet Mengenai Akhir Perang Eropa
Stalin melihat Jerman yang telah diduduki dan Eropa Timur mempunyai kesempatan menebus korban jiwa dan harta selama perang, yakni dengan persiapan fisik dan finansial, tenaga kerja dan pasar yang diperlukan untuk memulihkan kondisi ekonomi dan social Soviet. Namun Stalin tidak percaya kepada ambisi politik, social dan batas wilayah Amerika dan Inggris. Menurut pandangannya, pasukan sekutu akan menduduki sebanyak mungkin wilayah Soviet yang disepakati pascaperang. Pasukan Inggris dan Amerika telah menyebrangi sungai Rhine, mengambil laba atas kegagalan Jerman menghancurkan jaur kereta di sepanjang wilayah Remagen, dan Stalin khawatir bahwa mereka akan mencapai Berlin sebelum Soviet. Ia juga salah paham mengenai gencatan senjata antara pasukan Jerman dengan sekutu. Kesalahpahaman Stalin juga semakin besar sehabis kematian Presiden Roosevelt tanggal 12 April 1945. Pengganti Roosevelt, Harry Truman, telah mangatakan tahun 1941 bahwa Nazi dan Soviet harus dibiarkan membunuh satu sama lain. Stalin kemudian memutuskan secepatnya menduduki Berlin. Sebenarnya Presiden Truman tetap melanjutkan taktik strategi Roosevelt pendahulunya. Kontribusi pihak sekutu dalam penyerangan terakhir Berlin dibatasi hanya dengan mengebom kota dan memutus persediaan Jerman hingga kedatangan pasukan Soviet tanggal 20-21 April 1945. 

Pandangan Amerika Mengenai Akhir Perang Eropa
Bulan April 1945, tujuan utama Presidents Roosevelt and Truman, Komandan Tertinggi Sekutu, Jenderal Eisenhower yakni mengamankan langkah Soviet mengalahkan Jepang, bukannya merebut Berlin sebelum Soviet. Dalam Konferensi Malta antara para pemimpin pasukan Sekutu di awal 1945, telah diperkirakan butuh setidaknya 18 bulan mengalahkan Jepang. Maka  Roosevelt dan Eisenhower meminta komitmen Stalin dalam perang di Asia sebelum invasi ke dataran Jepang. Hal ini menjadi semakin penting mengingat jatuhnya rezim nasionalis Chiang Khai-Shek di Cina. Lalu Eisenhower menekan Inggris menguasai Berlin sebelum Rusia, ia melihat tidak perlu berselisih dan menambah korban jiwa melawan Stalin. Ia menyatakan bahwa telah disetujui bahwa Berlin akan dalam imbas Soviet. Namun Eisenhower meremehkan perjuangan Stalin untuk merebut Berlin dan menguasai kemudahan nuklir Jerman. Komandan perang Amerika pun hasilnya menciptakan rencana sendiri untuk menyebrangi sungai Rhine. Dengan persetujuan Washington, namun dengan penolakan London, ia memerintahkan tentara Amerika maju dan pundak membahu bersama melawan Nazi di pegunungan Alpen. Dengan keyakinan tentara Inggris yang akan masuk sebelum Rusia, Eisenhower memerintahkan tentaranya maju menuju perbatasan Denmark dan melesat menuju pantai timur Jerman. 
Pandangan Inggris Mengenai Akhir Perang Eropa
Perdana Menteri Winston Churchill dan Panglima Marsekal Montgomery berulangkali gagal membujuk pasukan sekutu dan Amerika bahwa mereka harus merebut Berlin sebelum Rusia. Churchill khawatir dengan tugas Soviet pascaperang di wilayah Eropa Barat dan Timur, ia juga ingin pasukan inggris mempercepat gerakan menuju Berlin sesegera mungkin. Hal ini akan memperlihatkan mereka posisi yang berpengaruh dalam pembagian kekuasaan pascaperang. Namun, dalam konverensi Malta pihak Inggris harus menolak rencana penguasaan tunggal Berlin oleh pihak sekutu pimpinan Montgomery, mengingat andil Amerika dalam segi strategi,tentara, dan senjata yang sangat besar. Inggris ketika itu menjadi negara terlemah dalam “Big Three” pasukan sekutu, serta kondisi ekonomi yang mencekik memaksa Inggris segera mengakhiri perang. Memastikan keterlibatan Soviet dalam perang di Eropa Timur juga merupakan tujuan Inggris alasannya yakni perjuangan penyerangan Soviet melawan Jepang di Manchuria niscaya akan mempermudah perjuangan Inggris menguasai Malaya. Namun keputusan Inggris yang terkesan pengecut tersebut bukan bertujuan menguasai Berlin, alasannya yakni mereka tidak mempunyai imbas dan sumberdaya yang cukup untuk memperjuangkannya. 
Meskipun mereka memikirkan kemenangan Soviet di Berlin atau pun ambisi pascaperang Soviet, Inggris tidak mempunyai kekuatan untuk menantang Rusia dalam perlombaan menguasai Reichstag. Jika kebijakan Amerika telah ada lebih dulu, tentara sekutu mungkin tidak memberi kesempatan Soviet menguasai Jerman, namun pertempuran simpulan ini memang milik Soviet. Kemenangan Soviet di Berlin merupakan agresi simbolik dan untuk melatih serangan dengan matang. Stalin benar-benar menginginkan tentara merah harus menjadi pihak yang menaklukkan keganasan Nazi Jerman dan memasang bendera kemenangan di reruntuhan Reichstag. Berkat kekuatan tentara Soviet dan rasa balas dendam akhir perang sebelumnya menciptakan cerita perang ini semakin buruk. Namun simpulan bulan April dan awal Mei 1945, rakyat menginginkan perang ini segera usai dan negara-negara eropa harus membuka lembaran gres kehidupan yang tenang tanpa perang.

Sumber https://www.gu-buk.net

Posting Komentar untuk "Mengingat 71 Tahun Pendudukan Berlin Oleh Soviet"