Perang Italia-Ethiopia Pertama, Kemenangan Bangsa Afrika Atas Bangsa Eropa
Di tamat era 19 hampir semua wilayah di Benua Afrika dikuasai oleh bangsa Eropa namun ada satu kerajaan di Afrika yang bebas dari kolonialisme bangsa Eropa yaitu Kerajaan Ethiopia. Monarki Ethiopia sudah berdiri semenjak zaman kuno dan kerajaan ini menganut agama Katolik Ortodoks sebagai agama resminya.
Status Kerajaan Ethiopia sebagai kerajaan yang bebas dari penjajahan negara lain bukan tanpa kendala beberapa negara pernah berambisi untuk menguasai kerajaan tersebut. Pada tahun 1868 Inggris pernah mengirimkan 5000 tentaranya untuk menyerang Ethiopia, serangan tersebut sukses mengalahkan Ethiopia hingga menciptakan Raja Tewodros II bunuh diri yang menimbulkan kekosongan kekuasaan di tahta Ethiopia. Setelah berhasil mengalahkan Ethiopia pasukan Inggris meninggalkan kerajaan tersebut. Kemudian pada 1870an Mesir menyerang Ethiopia. Mesir berhasrat untuk memperluas wilayah kekuasaanya hingga mencakup wilayah yang dilalui oleh Sungai Nil. Serangan Mesir berhasil tidak boleh oleh tentara Ethiopia di Pertempuran Gura, balasannya Mesir menyerah.
Tidak cukup hingga disitu kali ini Kerajaan Italia berambisi untuk mengakibatkan Ethiopia sebagai wilayah koloninya. Perdana Menteri Italia, Fransesco Crispi mulai merealisasikan rencana untuk menguasai Ethiopia, dimulai pada tahun 1885 tentara Ethiopia menduduki wilayah pelabuhan di Massawa yang terletak di wilayah Eritrea (saat itu masih belahan dari wilayah Ethiopia. Tidak terima atas agresi tentara Italia, Raja Yohannes IV mengirim pasukan untuk merebut kembali Massava.
Upaya untuk merebut kembali Massava gagal karena, sementara itu pasukan Italia bertahap menguasai wilayah Eritrea dan beberapa kali terlibat pertempuran kecil dengan pasukan Ethiopia. Kekalahan di Massava dibalas oleh Ethiopia di Pertempuran Dogali pada 26 Januari 1887. Dari 550 pasukan Italia yang bertempur sekitar 430 prajurit tewas dan 82 prajurit lainnya terluka. Ketika Ethiopia tengah sibuk mengusir tentara Italia, muncul musuh gres yang mengancam Ethiopia yaitu kelompok Mahdist, yaitu kelompok pengikut Muhammad Ahmad yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi yang berasal dari Sudan.
Pada 12 Maret 1889 ketika pasukan Ethiopia bertempur dengan milisi Mahdist di Gallabat, Raja Yohannes IV terbunuh di medan perang. Beberapa bulan kemudian Raja Menelik II diangkat menjadi raja Ethiopia menggantikan Yohannes IV. Di awal masa pemerintahan Menelik, korelasi Italia dan Ethiopia sempat membaik hal ini terbukti dengan meningkatnya korelasi dagang antar kedua negara. Menelik II berniat memodernisasi pasukan Ethiopia, balasannya Menelik II membeli banyak senjata modern dari negara-negara Eropa termasuk Italia.
Pada 2 Mei 1889 Ethiopia dan Italia menyepakati Perjanjian Wichale yang berisi Italia mendapat beberapa wilayah di Eritrea dan sebagai gantinya Italia menyuplai Ethiopia dengan senjata dan mengirim sejumlah uang. Namun terdapat salah pengertian dalam isi perjanjian tersebut. Sementara pihak Ethiopia beranggapan bila salah satu isi perjanjian itu adalah, Ethiopia sanggup menggunakan jasa Italia sebagai mediator untuk mengadakan korelasi luar negeri dengan negara Eropa lain, Pihak Italia justru mengartikan isi perjanjian tersebut bila Italia yang berkuasa penuh atas korelasi luar negeri Ethiopia dan ini sama aja menghilangkan kedaulatan Kerajaan Ethiopia.
Akibat miskomunikasi dalam mengartikan perjanjian ini, Raja Menelik membatalkan isi Perjanjian Wichale dan korelasi antara Ethiopia dan Italia kembali memanas dan perang antara kedua negara tersebut pun pecah. Dalam menghadapi tentara Italia, Raja Menelik memobilisasi pasukannya hingga berjumlah 196.000 prajurit selain itu juga melengkapi pasukannya dengan senjata modern. Sementara itu pasukan Italia yang dipimpin oleh Oreste Baratieri berjumlah sebanyak 25.000 prajurit termasuk pasukan Askari, yaitu pasukan yang terdiri orang orisinil Afrika dan pasukan elite yaitu Bersaglieri dan Alpini.
Pada 7 Desember 1895, pasukan Ethiopia mengalahkan pasukan Askari Italia di Amba Alagi. Setelah beberapa kali mendapat kekalahan pasukan Italia mundur ke kota Makelle. Kemudian pasukan Ethiopia mulai mengepung kota Makelle selama 45 hari. Baratieri pun mundur ke Adigrat dan membangun pertahan disana. Sementara itu pasukan Ethiopia menaklukan Adowa untuk mengepung pasukan Italia di Adigrat. Baratieri yakin dengan superioritas persenjataan Italia sehingga beliau membiarkan pasukan Ethiopia menyerang duluan namun pasukan Menelik II tidak terpancing ke perangkap Baratieri balasannya jalannya perang sempat terhenti hingga awal tahun 1896.
Akhirnya pada Februari 1896, Baratieri menyiapkan serangan besar-besaran ke kamp pasukan Ethiopia di Adowa dimana disana ada sekitar 110.000 pasukan Ethiopia. Dan pada 1 Maret 1896, pasukan Italia yang berkekuatan 20.000 prajurit memulai serangannya ke Adowa. Pasukan Italia sempat mengalami kewalahan alasannya ialah kesalahan penggambaran peta dan kondisi alam yang tidak menguntungkan sehingga menyulitkan kordinasi pasukan Italia. Karena kalah jumlah dengan pasukan Ethiopia, pasukan Italia berhasil dikalahkan. Sekitar 5000 pasukan Italia tewas sementara 7000 pasukan Ethiopia tewas. Tak usang sehabis itu pasukan Italia mengalah dan Perang Italia-Ethiopia pun berakhir dengan Ethiopia keluar sebagai pemenangnya.
Pada bulan Oktober 1896 disepakati Perjanjian Addis Ababa yang berisi bahwa Italia harus mengakui kedaulatan Kerajaan Ethiopia. Kemenangan di Pertempuran Adowa menyelamatkan Ethiopia dari penjajahan bangsa Eropa, dan oleh alasannya ialah itu setiap tanggal 1 Maret tanggal terjadinya Pertempuran Adowa diperingati sebagai hari nasional di Ethiopia dan perang ini juga menujukan bahwa bangsa Afrika sanggup mengalahkan superioritas bangsa Eropa.
sumber: OA Historypedia Line
Sumber https://www.gu-buk.net
Posting Komentar untuk "Perang Italia-Ethiopia Pertama, Kemenangan Bangsa Afrika Atas Bangsa Eropa"