Ilmuwan Biologi Di Kala Kejayaan Islam
Abu Uthman Amr Ibn Bahr Al Qinanih Al Fuqaymih Al Basrih, merupakan nama lengkap Al Jahiz, lahir di Basra, Irak, pada tahun 776. Namanya berarti "mata lingkaran mirip ikan". Al Jahiz memang dilahirkan dari keluarga yang sederhana sehingga ia harus ikut berjualan ikan bersama ibunya di Kanal Basra.
Keterbatasan ekonomi tak memupus semangat Al Jahiz. Ia tumbuh menjadi seorang humoris dan penuh rasa ingin tahu. Sebagai Muslim, ia gemar melewatkan waktu di Masjid Besar Basra. Di sana, ia mencar ilmu dari para ulama, membahas bermacam-macam pertanyaan dan tak jarang berdebat.
Dia pun tak sungkan untuk bertemu dan mencar ilmu dari penyair-penyair populer masa lalu, mirip Al- Asma'i, Abu Zayd, dan Abu Ubuyda. Hasilnya, kemampuan bahasanya meningkat pesat. Dalam waktu singkat, Al Jahiz hebat berbahasa Arab. Kemampuan itu mendukungnya mencar ilmu lebih banyak.
Karena ia haus akan ilmu pengetahuan, Al Jahiz berkelana ke banyak sekali daerah, mirip Damaskus, Beirut, Samara, dan Baghdad. Ia kemudian memutuskan untuk menetap dan belajar. Ia hidup dari menulis. Diperkirakan, ia telah menulis 200 karya meski sekarang tersisa 30 saja.
Esai mengenai kekhalifahan yang ia tulis menjadi tiket emas masuk ke lingkungan kalangan atas. Esai itu juga menyita perhatian Khalifah Al-Ma'mun, khalifah ke-7 Dinasti Abbasiyah. Ia banyak berafiliasi dengan tokoh politik terkemuka, termasuk menjadi orang kepercayaan Hakim Agung Ahmad bin Abi Du'ad.
Meski banyak membaca Ariestoteles dan banyak karya klasik Yunani Kuno, Al Jahiz punya gaya sendiri dalam menulis. Ia gemar menyematkan humor. Al Jahiz menganggap humor bukan hanya sebagai alat untuk menghibur, melainkan juga sarana untuk berbagi gagasan seluas mungkin.
Karya Al Jahiz yang paling besar lengan berkuasa ialah Kitab Al Hayawan (Kitab Hewan-hewan). Kitab itu menyerupai sebuah ensiklopedia, memuat sekitar 350 spesies binatang yang terbagi dalam tujuh volume, serta dilengkapi dengan gambar-gambar dan klarifikasi yang detail.
Kitab ini merupakan buku pertama yang mengungkap banyak sekali aspek biologi dan zoologi hewan, mirip penjabaran binatang, rantai makanan, seleksi alam, dan evolusi. Al Jahiz setidaknya sudah menulis dengan terang bagaimana binatang yang lebih besar bisa menakuti binatang yang lebih kecil ukurannya.
Karya itu bahkan mendeskripsikan mimikri, cara komunikasi, serta tingkat kecerdasan serangga, dan binatang lainnya. Al Jahiz menjelaskan dengan detail sikap semut dalam bekerja sama, bagaimana mereka menyimpan gandum di sarang dan menjaga biar tak bau dikala hujan.
Al Hayawan memuat tiga hal penting dalam evolusi yang juga dituliskan oleh Charles Darwin dalam Thye Origin of Species. Menurut Al Jahiz, hewan-hewan berjuang untuk tetap bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies, dan mengatasi faktor-faktor lingkungan.
Al Jahiz percaya bahwa satu spesies bisa mengalami transformasi secara jangka panjang sehingga memunculkan spesies baru. "Orang berkata bermacam-macam ihwal keberadaan binatang berkaki empat. Beberapa mendapatkan perubahan dan melahirkan keberadaan anjing, serigala, rubah, dan kerabatnya. Keluarga itu berasal dari orang makhluk yang sama," demikian ditulisnya.
Kitab Al-Hayawan yang besar lengan berkuasa menjadi contoh bagi para pakar binatang dan pemikir evolusi di Eropa. Miguel Asín Palacios, seorang ilmuwan dan pendeta Katolik, mengatakan, karya Al Jahiz sangat berarti bagi perkembangan sains, terutama zoologi.
Menjelang selesai hidupnya, Al Jahiz menderita kelumpuhan total pada satu sisi tubuhnya (hemiplegia). Ia memutuskan pensiun dan kembali ke tempat kelahirannya, Basra. Pada bulan Desember 868 dikala usianya 93 tahun, ia meninggal dunia. Diduga, ia meninggal dunia sebab cedera jawaban tertindih rak bukunya.
sumber: OA Historypedia Line
penulis: -Hürrem Sultan
Keterbatasan ekonomi tak memupus semangat Al Jahiz. Ia tumbuh menjadi seorang humoris dan penuh rasa ingin tahu. Sebagai Muslim, ia gemar melewatkan waktu di Masjid Besar Basra. Di sana, ia mencar ilmu dari para ulama, membahas bermacam-macam pertanyaan dan tak jarang berdebat.
Dia pun tak sungkan untuk bertemu dan mencar ilmu dari penyair-penyair populer masa lalu, mirip Al- Asma'i, Abu Zayd, dan Abu Ubuyda. Hasilnya, kemampuan bahasanya meningkat pesat. Dalam waktu singkat, Al Jahiz hebat berbahasa Arab. Kemampuan itu mendukungnya mencar ilmu lebih banyak.
Karena ia haus akan ilmu pengetahuan, Al Jahiz berkelana ke banyak sekali daerah, mirip Damaskus, Beirut, Samara, dan Baghdad. Ia kemudian memutuskan untuk menetap dan belajar. Ia hidup dari menulis. Diperkirakan, ia telah menulis 200 karya meski sekarang tersisa 30 saja.
Esai mengenai kekhalifahan yang ia tulis menjadi tiket emas masuk ke lingkungan kalangan atas. Esai itu juga menyita perhatian Khalifah Al-Ma'mun, khalifah ke-7 Dinasti Abbasiyah. Ia banyak berafiliasi dengan tokoh politik terkemuka, termasuk menjadi orang kepercayaan Hakim Agung Ahmad bin Abi Du'ad.
Meski banyak membaca Ariestoteles dan banyak karya klasik Yunani Kuno, Al Jahiz punya gaya sendiri dalam menulis. Ia gemar menyematkan humor. Al Jahiz menganggap humor bukan hanya sebagai alat untuk menghibur, melainkan juga sarana untuk berbagi gagasan seluas mungkin.
Karya Al Jahiz yang paling besar lengan berkuasa ialah Kitab Al Hayawan (Kitab Hewan-hewan). Kitab itu menyerupai sebuah ensiklopedia, memuat sekitar 350 spesies binatang yang terbagi dalam tujuh volume, serta dilengkapi dengan gambar-gambar dan klarifikasi yang detail.
Kitab ini merupakan buku pertama yang mengungkap banyak sekali aspek biologi dan zoologi hewan, mirip penjabaran binatang, rantai makanan, seleksi alam, dan evolusi. Al Jahiz setidaknya sudah menulis dengan terang bagaimana binatang yang lebih besar bisa menakuti binatang yang lebih kecil ukurannya.
"Hyena bisa menakuti rubah atau binatang yang lebih kecil ukurannya. Semua binatang kecil akan memakan binatang yang lebih kecil darinya dan binatang yang lebih besar tidak bisa memakan yang lebih besar. Ini ialah aturan eksistensi," tulisnya dalam kitab tersebut.
Karya itu bahkan mendeskripsikan mimikri, cara komunikasi, serta tingkat kecerdasan serangga, dan binatang lainnya. Al Jahiz menjelaskan dengan detail sikap semut dalam bekerja sama, bagaimana mereka menyimpan gandum di sarang dan menjaga biar tak bau dikala hujan.
Al Hayawan memuat tiga hal penting dalam evolusi yang juga dituliskan oleh Charles Darwin dalam Thye Origin of Species. Menurut Al Jahiz, hewan-hewan berjuang untuk tetap bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies, dan mengatasi faktor-faktor lingkungan.
Al Jahiz percaya bahwa satu spesies bisa mengalami transformasi secara jangka panjang sehingga memunculkan spesies baru. "Orang berkata bermacam-macam ihwal keberadaan binatang berkaki empat. Beberapa mendapatkan perubahan dan melahirkan keberadaan anjing, serigala, rubah, dan kerabatnya. Keluarga itu berasal dari orang makhluk yang sama," demikian ditulisnya.
Kitab Al-Hayawan yang besar lengan berkuasa menjadi contoh bagi para pakar binatang dan pemikir evolusi di Eropa. Miguel Asín Palacios, seorang ilmuwan dan pendeta Katolik, mengatakan, karya Al Jahiz sangat berarti bagi perkembangan sains, terutama zoologi.
Menjelang selesai hidupnya, Al Jahiz menderita kelumpuhan total pada satu sisi tubuhnya (hemiplegia). Ia memutuskan pensiun dan kembali ke tempat kelahirannya, Basra. Pada bulan Desember 868 dikala usianya 93 tahun, ia meninggal dunia. Diduga, ia meninggal dunia sebab cedera jawaban tertindih rak bukunya.
sumber: OA Historypedia Line
penulis: -Hürrem Sultan
Sumber https://www.gu-buk.net
Posting Komentar untuk "Ilmuwan Biologi Di Kala Kejayaan Islam"